Itulah Risiko Pilih Staf Khusus Kepresidenan Cuma Buat Pajangan
jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi II DPR Mardani Ali Sera mengapresiasi keputusan Adamas Belva Devara dan Andi Taufan Garuda Putra mundur dari jabatan staf khusus (stafsus) kepresidenan.
Namun, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu masih bertanya-tanya tentang sebab sesungguhnya di balik pengunduran diri dua pemuda di lingkaran Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut.
"Pertama, apresiasi. Kedua, perlu dicek apakah ada tekanan," ujar Mardani saat dihubungi jpnn.com, Jumat (24/4).
Sebelumnya Andi Taufan memicu polemik setelah menyurati para camat dengan surat berkop Sekretariat Kabinet RI. Taufan melalui suratnya meminta para camat melibatkan perusahaannya, PT Amartha Mikro Fintek dalam penanganan virus corona di perdesaan.
Adapun Adamas Belva Syah Devara mengundurkan diri dari jabatan stafsus kepresidenan menyusul polemik tentang perusahan rintisannya, Ruangguru yang menjadi mitra pelaksana program Kartu Prakerja. Pemerintah menganggarkan dana Rp 20 triliun bagi 5,6 juta peserta pelatihan porgram yang notabene merupakan janji kampanye Presiden Jokowi itu.
Mardani menduga ada masalah dalam pengangkatan stafsus kepresidenan dari kalangan milenial. Sebab, sudah ada dua stafsus Presiden Jokowi yang mengundurkan diri karena kesandung persoalan yang memicu polemik.
"Sudah dua yang mundur. Bisa jadi ada lagi," ungkap Mardani.
Menurut Mardani, seharusnya Presiden Jokowi bertanggung jawab atas pembinaan terhadap para staf khususnya. Legislator dari Daerah Pemilihan (Dapil) II DKI Jakarta itu menegaskan, bagaimanapun Presiden Jokowu pula yang memilih dan mengangkat staf khusus kepresidenan.