Jabar Targetkan Investasi Tahun Depan Rp 100 T
jpnn.com - BANDUNG - Provinsi Jawa Barat menargetkan investasi sebesar Rp 100 triliun pada tahun depan. Pihak Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Jabar optimistis mampu mencapai target tersebut meski saat ini baru saja terjadi kenaikan bahan bakar minyak bersubsidi, upah minimum, dan tarif dasar listrik.
Menurut BPMPT Jabar, Dadang M. Masoem mengatakan, iklim investasi di Jabar pada 2015 mendatang semakin baik dengan lahirnya BPMPT yang merupakan badan baru hasil penggabungan Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BKPPMD) dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT). BPPT sendiri telah diresmikan pada 3 November lalu oleh Gubernur Jabar Ahmad Heryawan.
Dadang menjelaskan, dengan lahirnya BPPT, diharapkan berbagai hambatan investasi terutama menyangkut perijinan mampu diminimalisir.
"Karena selama ini kan tersendatnya investasi oleh perizinan yang berbelit-belit," kata Dadang usai peluncuran logo BPPT, di kantor BPPT Jabar, Bandung, Kamis (18/12).
Selain itu, pihaknya pun terus mempromosikan potensi setiap kabupaten/kota untuk memenuhi target investasi tersebut.
"Diharapkan akan banyak investor yang melirik dan menanamkan modalnya di Jabar," ucapnya.
Lebih lanjut Dadang katakan, investasi di Jabar didominasi oleh sektor industri kendaraan bermotor dan transportasi, listrik, dan elektronik. Selain itu, investor pun mulai banyak yang menanamkan modalnya di sektor makanan, minuman, serta jasa dan pariwisata. Adapun pihak asing yang paling banyak menanamkan modalnya di Jabar berasal dari sejumlah negara Asia seperti Korea Selatan, Jepang, dan Tiongkok.
Kepala Bidang Pengendalian BPMPT Jabar Rina Mutmainah mengatakan, realisasi investasi hingga akhir 2014 ini mencapai Rp 68 triliun. Dari jumlah tersebut, investasi asing yang masuk ke Jabar (penanaman modal asing) mencapai Rp 48 triliun. Sedangkan jumlah penanaman modal dalam negeri sebesar Rp 13,8 triliun. Dari jumlah investasi sepanjang 2014 ini, mampu menyerap sedikitnya 239.016 tenaga kerja.
"Sebenarnya jumlah tenaga kerja yang terserap lebih banyak. Jumlah ini (239.016) yang tercatat dari Januari sampai September. Dan banyak perusahaan yang tidak melaporkan (serapan tenaga kerja)," ucap Rina seraya menyebut PMA mampu menyerap 207.650 tenaga kerja, sedangkan PMDN menyerap 31.666.