Jadi Terkenal setelah Nekat Bangun Pabrik di Musim Dingin
Tsuruko tak keberatan, bahkan mendukung keinginan suaminya. Namun, sesampai di Jepang, Rustono tidak langsung membuka usaha. Dia melakukan riset kecil-kecilan di sekitar tempat tinggalnya, di Shigaken Otsu-shi Hachiyado, Shiga, Jepang. Dia ingin tahu bisnis apa yang belum ada dan memungkinkan untuk dijalankan.
"Pakai sepeda saya keliling kota untuk mencari tahu bisnis yang tepat. Di Jepang sudah ada usaha tahu, tapi usaha tempe sepertinya belum," jelasnya.
Setelah yakin belum ada orang yang membuka usaha tempe, dia berdiskusi dengan sang istri. Mereka lalu sepakat merintis usaha itu dari nol.
Namun, sebelum menjalankan usahanya, Rustono merasa perlu belajar ilmu bisnis dulu. Dia bukan menimba ilmu di sekolah, melainkan belajar bisnis dengan menjadi pegawai di salah satu pabrik roti. Di pabrik itu Rustono banyak belajar tentang manajemen dan sumber daya manusia.
"Tiga tahun saya bekerja di pabrik roti. Saya belajar tentang etos kerja, kualitas produk, dan sebagainya," tutur pria kelahiran 3 Oktober 1968 tersebut.
Sambil bekerja, Rustono berupaya mewujudkan impiannya untuk membuka usaha tempe. Dia belajar membuat tempe dari internet. Berkali-kali gagal, sampai akhirnya mendapatkan formula yang tepat untuk tempe produksinya.
"Empat bulan uji coba saya membuat tempe gagal terus," terang Rustono yang bahasa Indonesianya tidak berubah.
Begitu yakin tempenya bisa diproduksi, Rustono memutuskan keluar dari pabrik roti dan mulai membuka usaha tempe. Itu terjadi pada 2000.