Jalan Wayo, Kampung yang Dihuni Pria Beristri Lebih dari Satu
Lebaran, Istri Muda Sungkem Istri TuaSelasa, 31 Januari 2012 – 00:13 WIB
Apa yang terjadi di Jalan Wayo mungkin memantik kontroversi. Meski begitu, dukungan justru datang dari Kepala Desa Kedung Banteng Tohirin. Menurut dia, tidak ada warga yang keberatan dengan keberadaan Jalan Wayo. "Malah banyak yang bilang unik dan lucu," ujarnya.
Yang terpenting, kehidupan warga tidak terganggu. Tohirin mengaku tidak pernah mendengar ada keributan di sana. "Justru yang sering ribut itu jika ada orang wayuh yang tinggal di luar kampung tersebut," katanya.
Tohirin menyarankan para pasangan wayuh itu tidak hanya menikah siri. Sebab, hal itu berdampak ke permasalahan lain. Salah satunya terkait dengan administrasi kependudukan. Misalnya, masalah kartu keluarga (KK) dan akta kelahiran. Ada perempuan yang tidak mencantumkan nama suami di KK karena yang bersangkutan ikut KK istri pertama. "Dia dianggap bercerai dan statusnya janda," terangnya.
Yang lebih sulit lagi penetapan akta kelahiran. Sebagian besar akta kelahiran anak-anak hasil wayuh tak mencantumkan nama bapaknya. "Hanya nama ibunya," ucapnya. Hal itu akan memengaruhi masa depan anak-anak tersebut. "Saya menyarankan warga yang nikah siri segera mendaftarkan ke KUA," ujar Tohirin.