Jangan Mendikotomikan Ke-Indonesiaan dan Ke-Islaman
jpnn.com, BANDUNG - Wakil Ketua MPR Hidayat Nut Wahid menyampaikan Sosialisasi Empat Pilar MPR kepada kader Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) di Aula Pusdai Bandung, Jawa Barat, Selasa (18/7)). Sosialisasi Empat Pilar MPR ini dikemas dalam bentuk halal bi halal.
“Ini merupakan metode sosialisasi yang baru, yaitu sosialisasi sekaligus halal bihalal. Artinya sosialisasi Empat Pilar MPR RI ternyata bisa dilakukan bersamaan dengan tradisi di masyarakat," kata Hidayat Nur Wahid usai menyampaikan sosialisasi yang diikuti sekitar 400 peserta.
Sosialisasi Empat Pilar MPR ini dihadiri Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar, KetuaTim Penggerak PKK Jabar Hj Netty Prasetiani Aher, anggota DPR Mardani Ali Sera. Hidayat menyatakan, sosialisasi Empat Pilar MPR RI telah dilakukan dengan berbagai metode seperti dialog, ToT, outbond, melalui seni budaya, lomba cerdas cermat. "Melalui halal bihalal ini sosialisasi Empat Pilar MPR bisa selaras dan tidak terpisah dengan tradisi masyarakat," katanya.
Sementara itu dalam sosialisasi Empat Pilar MPR ini Hidayat Nur Wahid mengungkapkan masih adanya upaya untuk mendikotomi Islam dan Ke-Indonesiaan.
“Saya menolak adanya pendikotomian itu. Dikotomi itu mungkin karena phobia terhadap Islam dan umat Islam. Seolah-olah umat Islam anti-Pancasila, anti-NKRI," katanya.
Sebaliknya, lanjut Hidayat, dengan adanya dikotomi itu ada kalangan Islam merasa seolah-olah umat Islam terpisah dari ke-Indonesiaan. Kemudian muncul istilah thogut, kafir, seolah-olah Indonesia terpisah dari Islam. Kemudian mereka berpikir tentang ideologi negara yang lain.
Dalam sosialisasi kepada kader KAMMI ini Hidayat Nur Wahid menegaskan bahwa ke-Indonesiaan adalah juga ke-Islaman. Ini bisa dilihat dari bukti keterlibatan umat Islam dalam perjalanan sejarah Indonesia.
“Indonesia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pemikiran, jihad, pemimpin Islam dan umat Islam," katanya.
Hidayat menyebut peran tokoh Islam seperti Bung Karno, K.H. Wahid Hasyim, K.H. Kahar Muzakar, Agus Salim, Moh Natsir, Ki Bagus Hadikusumo, dan lainnya. "Mereka menyepakati tentang ke-Indonesiaan kita. Inilah yang perlu disampaikan kepada generasi muda. Karena generasi muda seringkali tidak paham," jelasnya.
Hidayat melanjutkan, dengan pemahaman ini ke depan tidak ada lagi pemikiran mendikotomikan ke-Indonesiaan dan ke-Islaman. Hidayat berharap jangan ada upaya mengadu domba antara umat Islam dan negara. Menurut dia, negara juga jangan mau diprovokasi untuk memusuhi umat Islam. Sebaliknya, umat Islam jangan memusuhi negara.