Jangan Remehkan Limfoma Hodgkin, Akibatnya Fatal, Kenali Gejala & Penanganannya
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes., menyambut baik inisiatif yang dilakukan oleh POI Jaya untuk mengedukasi masyarakat mengenai penyakit kanker di Indonesia. Sebab, akses terhadap informasi dan edukasi seputar penyakit kanker di Indonesia harus terus dilakukan semua pihak.
"Ini menjadi tanggung jawab kita bersama," ujarnya.
Lebih lanjut, dikatakan kanker yang ditemukan pada stadium awal melalui deteksi dini dan ditangani secara tepat akan memberikan peluang kesembuhan 90 persen. Saat ini pengobatan untuk limfoma Hodgkin telah tersedia dan tercakup di dalam BPJS Kesehatan.
Oleh karena itu, masyarakat jangan ragu untuk segera melakukan deteksi dini, sambung dr. Eva.
Ada sejumlah faktor risiko yang meningkatkan seseorang terkena limfoma Hodgkin di antaranya infeksi virus Epstein-Barr, sistem imun, riwayat keluarga, jenis kelamin, dan usia. Limfoma Hodgkin umumnya terjadi pada usia 15-30 tahun dan di atas usia 55 tahun.
Menurut Prof. Ikhwan, gejala kanker limfoma Hodgkin yang perlu diwaspadai, yaitu muncul benjolan atau pembesaran pada kelenjar getah bening di leher, bawah ketiak, atau pangkal paha.
Terjadinya gejala umum yang disebut ‘B symptoms’ atau gejala sistemik seperti demam lebih dari 38°C tanpa penyebab yang jelas, berkeringat berlebihan pada malam hari, turun berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan berturut-turut.
Untuk itu, ujarnya, segera periksakan diri ke dokter apabila merasa memiliki gejala tersebut. Walaupun penyakit kanker limfoma Hodgkin memiliki angka kesembuhan yang tinggi, tetapi masih ada kemungkinan untuk kambuh sekitar 10-30 persen.