Jejak Pertempuran Dua Korea Masih Tampak
Terowongan tersebut kini dijaga sangat ketat meski menjadi objek wisata. Wisatawan yang masuk tak boleh membawa peranti memotret. Semua harus dititipkan di sebuah loker.
Pintu terowongan itu kini adalah lorong beratap melengkung dengan lemari penuh helm proyek di kanan dan kirinya.
Turis wajib memakai helm itu. Jalur selanjutnya adalah jalan menurun 11 derajat sejauh 350 meter dengan dinding beton. Lurus. Mulus.
Di ujung jalan menurun itu ada ruang lebih luas. Di situ ada tiga patung tentara Korut dengan pose seolah-olah sedang menggangsir bumi dengan cangkul dan peledak sederhana. Di situ ada sumber yang terus-menerus mengalirkan air lewat patung kura-kura.
Setelah itu, ada jalan asli yang dibuat penyusup. Lebih sempit. Dindingnya batu kapur basah dengan bau menyerupai lumut.
Dingin. Terowongan itu cukup rendah. Beberapa titik hanya setinggi 161 sentimeter. Lebarnya sekitar 2 meter. Tak heran, satu-dua benturan helm mewarnai perjalanan hening di perut bumi tersebut.
Tentu, terowongan itu tak tembus ke utara. Pihak selatan membeton ujung terowongan, tepat di titik batas Korsel-Korut. Dinding beton itu berlapis tiga dengan dilengkapi CCTV.
Dari tembok beton tersebut, turis putar balik menuju pintu masuk. Karena itu, dengus napas kelelahan mewarnai perjalanan pulang itu. Suara napas turis yang kelelahan menapaki jalur sepanjang total 1,6 kilometer yang berakhir mendaki itu.