Jejak Preman Medan, dari Wartawan ke Senayan
Sabtu, 14 Februari 2009 – 08:03 WIB
Buku setebal 292 halaman itu juga menceritakan pergulatan ayah Putra Nababan itu di bidang jurnalistik. Hanya berbekal pendidikan jebolan tingkat II di UBK, dia menjadi reporter lapangan. Karena terkenal kehebatannya sebagai jurnalis investigatif, dia gampang menjalin relasi, termasuk bertemu lagi dengan Surya Paloh, mendirikan surat kabar 'Prioritas'. Diceritakan pula mengapa akhirnya berpisah dengan Surya Paloh.
"Ketika itu, tanpa sepengetahuan saya, Surya bernegosiasi dengan Bambang Trihatmodjo dan mendapat dana besar untuk mengembangkan Media Indonesia dan beberapa media di daerah. Bagi saya, langkah Surya itu sudah terlampau jauh meninggalkan cita-cita yang kami tekadkan saat mendirikan Prioritas dan Media Indonesia, yaitu tiada kompromi dengan rezim Soeharto dan kroninya....Tapi apa pun alasannya, yang kemudian dia jelaskan ke saya, saya tidak dapat menerimanya. Kami terpaksa berpisah."
Sayangnya, saat didaulat memberikan testimoni malam itu, Surya Paloh tidak menyinggung sebab musabab perpisahannya dengan Panda, yang kini menjadi vokalis di Komisi III DPR itu. Pria berjenggot lebat itu hanya mengatakan," Panda seseorang yang punya personality yang baik. Dia tak gampang menyerah, lugas dan terbuka saat bicara. Maka saya menjadikan dia sebagai sahabat."