Jelang Pilpres 2019, Begini Persepsi Masyarakat ke Jokowi-JK
Penelitian dilakukan 8-22 Desember 2017 melibatkan 2178 responden dari 456 kabupaten/kota Indonesia. Adapun metode yang digunakan adalah multistage random sampling. Tingkat kepercayaan 95 persen dengan margin of error kurang lebih 2,1 persen.
Arifin melanjutkan, dalam pertanyaan tertutup soal parpol yang akan dipilih jika pemilu digelar hari ini, 23,7 persen memilih Partai Gerindra. Yang memilih PDI Perjuangan 14,2 persen, Partai Golkar 14,1 persen, Partai Demokrat 6,8 persen, PAN 6,6 persen, PKB 6,4 persen, PKS 5,7 persen, Perindo 4,8 persen, PPP 3,4 persen, Nasdem 3,1 persen dan Hanura 1,1 persen. "Sedangkan yang tidak menjawab atau tidak memilih sebanyak 10,1 persen," ujarnya.
Arifin menambahkan kecepatan Partai Golkar melakukan deklarasi mendukung Jokowi di Pilpres 2019 bisa menaikkan elektabilitas.
Sedangkan meningkatnya pilihan masyarakat terhadap Gerindra tidak lepas dari figur Prabowo Subianto yang menahkodai partai berlambang burung garuda itu.
Gerindra dianggap konsisten dengan sikap politiknya selama periode pemerintahan Jokowi-JK.
Arifin melanjutkan, menurunnya elektabilitas PDI Perjuangan lebih dikarenakan gagalnya pemerintah Jokowi meningkatkan kesejahteraan ekonomi wong cilik selama berkuasa.
Menurut dia, saat menjadi oposisi PDI Perjuangan sangat gigih menolak setiap kenaikan harga BBM, gas, serta tarif dasar listrik. Namun, saat Jokowi berkuasa, justru PDI Perjuangan menjadi partai pedukung kenaikan harga BBM.
Sisi lain, saat disodorkan pertanyaan spontan siapa yang akan dipilih jika Pilpres digelar hari ini, 26,4 persen memilih Jokowi. Kemudian, 50,7 persen memilih Prabowo Subianto, 10,7 persen menjatuhkan pilihan kepada mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. "Sisanya atau 12,2 persen tidak menjawab," tegasnya.