Jembatan Widang Dibangun Zaman Pak Harto, Tua Banget
Bentang yang rubuh, kata Arie memiliki panjang 55 meter dan lebar 4 meter. Sebagai jembatan lama, jembatan Cincin lama harus terus dipelihara. Berton-ton beban berat yang melintas akan membuat rangka jembatan bergetar dan melonggarkan baut-baut di rangka jembatan.
“Karena ini jembatan lama, maka harus terus dikencangkan. Beda dengan jembatan baru yang (bautnya,Red) sudah saling mengikat dan mengunci,” jelas Arie.
Arie mengatakan, setiap tahun PUPR melakukan kegiatan pemeliharaan jembatan. Semua jembatan terutama yang berada di jalur-jalur utama rutin diperiksan dan diperbaiki. Umumnya jembatan-jembatan di pulau Jawa bisa menahan beban hingga 45 ton. “Kondisi jembatan baik, tapi ya kalau kelebihan muatan jadi tidak baik,” kata Arie.
Untuk itu, kata Arie pihaknya telah berkoodinasi dengan Kementerian Perhubungan untuk mengaktifkan kembali fungsi jembatan timbang secara profesional.
Arie menambahkan, butuh sekitar seminggu untuk tim menilai kondisi jembatan. Satu tim menilai bangunan bagian bawah, satu tim bagian atas. Setelah itu, butuh sekitar 1,5 bulan untuk memasang bentang yang baru. “Jadi kira-kira 2 bulan lah,” pungkasnya.
Sementara itu, Kemenhub akan menerapkan sistem bergantian bagi kendaraan dari Lamongan yang sudah terlanjur masuk antrian jembatan.
Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengatakan, untuk kendaraan kecil, baik dari Lamongan hingga Tuban dapat menggunakan jembatan Widang baru secara bersamaan. Sementara truk pengangkut barang dari arah Surabaya ke Tuban akan diarahkan ke Paciran, Brondong, dan Tuban.
Sementara kendaraan yang sudah masuk ke arah Lamongan akan diarahkan ke Cepu, Blora, dan Purwodadi. Untuk kendaraan yang sudah berada di Tuban menuju Surabaya akan diarahkan menuju ke jalan lama Deandels Tuban, Brondong, Paciran kemudian Surabaya.