Jenderal Guo
Oleh: Dahlan IskanRomo Ami dulunya juga pengusaha sukses. Lalu, ketika ayahnya sudah berangkat tua, Ami mengabdikan diri sepenuhnya menjadi rohaniawan Buddha Mahayana di kelenteng itu: Vihara Satrya Dharma.
Awalnya Romo Ami hanya tahu: ayahnyalah yang membangun kelenteng tersebut. Yakni pada tahun 1960-an. Tetapi dia terlalu sibuk jadi pengusaha.
Setelah terpanggil untuk mengurus warisan spiritual sang ayah, barulah Ami mencari tahu seluk beluk kelenteng tersebut.
Dia lantas menemukan satu buku tua di lemari kelenteng tersebut --ditulis dalam bahasa mandarin. Dia baca baik-baik. Isinya ternyata menambah daya tarik dirinya: tentang Jenderal Guo Ziyi.
Ternyata Jenderal Guo Ziyi itulah sosok leluhur keluarganya. Juga leluhur semua keluarga yang bermarga Guo.
Tentu, semua yang bermarga Guo bangga dengan leluhur mereka itu. Dia bukan hanya seorang jenderal besar, tetapi juga seorang perdana menteri. Yakni di zaman dinasti Tang --lebih 1000 tahun lalu.
Guo Ziyi pernah mengatasi pemberontakan terbesar di zaman itu --dengan memimpin sendiri pertempuran besar itu. Bahkan sampai ada yang melebih-lebihkannya: nyaris bertempur seorang diri. Dan menang.
Sejak itu zaman dinasti Tang terkenal sebagai era yang adil makmur, tenang, damai, bahagia selama 300 tahun.