Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Jenny Mie

Oleh: Dahlan Iskan

Minggu, 13 November 2022 – 07:07 WIB
Jenny Mie - JPNN.COM
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Setelah dibuka harus ditaruh di bagian paling bawah boks. Di atas itu ditaruh seperti mangkuk segi empat. Sachet makaroni dan bumbu dibuka. Isinya ditaruh di mangkuk tadi. Terakhir: ditutup.

Sesaat kemudian boks itu panas sendiri. Isinya mendidih. Makaroni pun masak.

Panas. Enak dimakan –semestinya. Saya akan coba Minggu hari ini, kalau cucu-cucu tidak sibuk basket.

Keesokan malamnya saya ke Sagolicious lagi. Ingin melengkapi wawancara dengan Jenny. Perut saya lagi kenyang. Baru saja makan durian cukup banyak –tidak jauh dari situ.

Saya tidak mau ada lima mangkuk mie sagu lagi. Maka Jenny pilihkan saya satu menu saja: mie dingin yang diberi es batu. Ups, dua menu, dengan kerupuk sagu putih yang saya sudah tahu.

Awalnya saya agak ragu menerima tawaran mie dingin. Pakai es pula. Tetapi saya ingat: mie sejenis itulah makanan yang paling saya suka selama di Korea Utara sebelum Covid lalu. Seger. Kuahnya berasa.

Saya tunggu saja: seperti apa mie dingin ala Sagolisiousnya Jenny ini. Begitu disajikan saya berteriak di dalam hati: Oh, tidak pakai telur rebus. Beda dengan yang di Pyongyang. Jangan-jangan rasanya juga beda.

Horeeee ternyata tidak beda. Sama enaknya. Sama segarnya. Mie dingin itu pun segera bertempur dengan durian di dalam perut saya.

Jenny Widjaya pun kini memproduksi mie sagu untuk spageti. Maka saya seperti menduga Jenny sedang mempersiapkan internasionalisasi sagu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News