Jepang Bakal Pertebal Pertahanan 3 Kali Lipat, Apa yang Mereka Takutkan?
Rudal darat-ke-udara yang ada saat ini rencananya akan dimodifikasi untuk melawan senjata luncur hipersonik, yang diyakini sedang dikembangkan oleh negara-negara seperti China dan Rusia. Modifikasi itu akan dilakukan sebelum dimulainya produksi massal yang dijadwalkan pada tahun fiskal 2029 dan penyaluran dana pada tahun fiskal 2032 sesuai rencana.
Untuk menghadapi tantangan keamanan yang meningkat seperti pembangunan militer Beijing, peluncuran rudal balistik secara berulang oleh Pyongyang dan perang berkepanjangan di Ukraina, Perdana Menteri Fumio Kishida telah berjanji untuk "secara fundamental" meningkatkan kemampuan pertahanan Jepang dengan meningkatkan anggaran pertahanan secara substansial.
Pedoman Program Pertahanan Nasional Jepang akan diganti namanya menjadi Strategi Pertahanan Nasional, sejalan dengan konvensi penamaan militer Amerika Serikat, saat pedoman itu dijadwalkan untuk direvisi pada akhir 2022 bersama dengan dua dokumen pemerintah terkait pertahanan lainnya, termasuk Strategi Keamanan Nasional, yakni sebuah pedoman kebijakan keamanan jangka panjang.
Sejalan dengan peningkatan kemampuan pertahanan misilnya, Pemerintah Jepang bermaksud untuk membangun kemampuan serangan pangkalan musuh atau "kemampuan serangan balik".
Pemerintah mengatakan bahwa sistem pertahanan misil saja tidak cukup untuk Jepang menghadapi kemajuan pesat pengembangan teknologi misil oleh negara-negara seperti China, Korea Utara, dan Rusia.
Dikenal dengan Konstitusi yang menolak perang sejak 1947, Jepang kemungkinan akan memasukkan gagasan kontroversial dalam upaya memperoleh kemampuan serangan balik dalam Strategi Keamanan Nasionalnya.
Kemampuan serangan balik itu akan memungkinkan Jepang untuk menembak dan melumpuhkan rudal musuh sebelum diluncurkan dari wilayah asing. (ant/dil/jpnn)