Jet Lag Proses Menyesuaikan Diri
Penyebabnya, Gangguan Irama Tidur Circadianjpnn.com - BEPERGIAN jauh ke luar negeri memang menyenangkan. Ada banyak hal baru bisa ditemui. Meski demikian, hal itu bisa memberikan dampak. Tubuh menjadi semakin tidak menentu karena harus menyesuaikan dengan lingkungan. Biasanya, orang menyebut itu dengan jet lag.
Menurut dr Tirka Nandaka SpKJ, jet lag atau circadian rhythm sleep disorder merupakan gangguan ritme tidur circadian (irama perilaku selama 24 jam). ''Seseorang akan merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut,'' ujar spesialis kedokteran jiwa dari RSAL dr Ramelan Surabaya itu. Apalagi jika ada perbedaan waktu cukup banyak di tanah air dengan negara tujuan.
Menurut Tirka, ada beberapa gejala jet lag. Di antaranya, sakit kepala, mual, lesu, dan dehidrasi. Bahkan, bisa juga timbul perasaan mengantuk namun tidak ingin memejamkan mata. Akibatnya, menyebalkan. Orang tersebut ada pada perasaan antara terjaga dan tidur. ''Namun, beberapa gejala tersebut sifatnya sangat individual, setiap orang tidak sama,'' kata Tirka.
Dia menjelaskan, kekacauan itu berkaitan dengan jadwal tidur setiap orang sesuai hari. Baik pada siang maupun malam. Yang berperan mengatur irama tidur adalah hormon melatonin yang dihasilkan kelenjar hipofisis di otak.
Dalam keadaan normal, hormon melatonin itu dihasilkan saat malam. Karena itu, orang bisa tidur dengan nyenyak. Sedangkan kala siang, hormon tersebut tidak dihasilkan. Selain itu, hormon melatonin erat berkaitan dengan persarafan mata.
Ketika mata melihat gelap, hormon melatonin akan meningkat. Akibatnya, timbul perasaan ingin tidur. Begitu pula sebaliknya, saat hari terang, hormon melatonin akan menurun. ''Makanya, orang tetap bisa terjaga,'' tuturnya.
Meski demikian, kondisi begitu tidaklah berbahaya. Jika hormon melatonin sudah beradaptasi, perubahan tersebut tak akan menjadi masalah. ''Apabila seseorang merasa terganggu dengan kondisi tersebut, ada obat yang mengandung melatonin,'' katanya.
Nah, agar tidak mengalami jet lag, ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai langkah pencegahan. Paling bagus, kata Tirka, dibawa tidur. ''Dengan demikian, tubuh akan menyesuaikan dengan lingkungan,'' ujarnya.