Jika APBN Dipangkas Lagi, Beginilah Imbasnya ke Pak Jokowi
jpnn.com - JAKARTA - Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar, M Misbakhun mengaku waswas dengan rencana pemerintah merevisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 untuk memangkas total anggaran. Menurutnya, pemangkasan anggaran dalam dua tahun berturut-turut ini bisa berdampak negatif secara ekonomi dan psikologis yang menggerus kepercayaan pasar dan investor kepada kredibilitas pemerintahan Joko Widodo. .
“Pemotongan anggaran belanja negara sebenarnya memberikan sinyal buruk ke pasar dan investor. Terlepas dari apa pun alasannya, pasar dan investor akan memaknainya sebagai kontraksi pertumbuhan,” katanya.
Misbakhun lantas mengingatkan akan APBN 2015 yang menjadi tahun pertama pemerintahan Jokowi. Saat itu belanja negara dipatok Rp 2.039,5 triliun dengan target penerimaan negara 1.793,6 triliun.
Namun, melalui APBNP 2015, target pendapatan negara turun menjadi Rp 1.761,6 triliun. Konsekuensinya, belanja negara dipangkas menjadi Rp 1.984,1 triliun.
Menurut Misbakhun, faktor penyebab pemangkasan anggaran kala itu adalah perekonomian domestik dan global terus melesu. Dari sisi eksternal, ekonomi di Eropa dan Jepang masih terpuruk.
Pemulihan ekonomi Amerika Serikat pun belum solid. Sementara, ekonomi Tiongkok -meskipun mengarah ke kondisi yang lebih stabil- masih diwarnai risiko pelemahan yang tinggi.
Kondisi di dalam negeri tak kalah lesu. Kejatuhan harga komoditas, terutama batu bara membuat banyak perusahaan tambang merugi. Beberapa di antaranya sampai gulung tikar.
“Dampaknya, penerimaan negara terutama dari pajak jauh menyusut. Kejatuhan harga minyak juga membuat pendapatan negara dari minyak dan gas anjlok drastis,” paparnya.