Jika Popok Dibakar, Pantat Bayi akan Luka Melepuh? Ah, Hanya Mitos
jpnn.com, SURABAYA - Banyak orang tua memilih popok sekali pakai untuk bayinya, dengan alasan nyaman, praktis, dan murah. Namun, hal itu menyisakan persoalan lingkungan terkait merebaknya limbah popok yang dibuang sembarangan ke sungai.
Direktur Ecoton Prigi Arisandi mengatakan, kondisi tersebut tidak bisa dibiarkan. Harus ada langkah nyata untuk mencegahnya. Itu harus dilakukan pemerintah sebagai pihak yang berwenang.
Apa solusinya? Salah satunya adalah menyiapkan dropping box khusus sampah popok. Itu bisa menjadi solusi praktis yang bersifat jangka pendek. Idealnya, dropping box ditempatkan di setiap jembatan. Asumsinya, jembatan jadi tempat favorit orang membuang sampah popok.
Jika sudah penuh, dropping box bisa langsung diangkut truk sampah dinas lingkungan hidup (DLH) masing-masing kabupaten/kota untuk dibawa ke TPA.
Nah, kini harapan tersebut mulai muncul. Itu seiring dengan kebijakan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang mencetuskan program 99 Jembatan Bebas Popok. Gubernur perempuan pertama Jawa Timur itu juga membentuk Relawan Jogo Kali.
Program tersebut dicetuskan saat Khofifah melakukan aksi susur sungai pada 17 Februari. Persis lima hari setelah dilantik sebagai gubernur Jatim. Aksi susur dan bersih Sungai Brantas itu dilakukan di Jembatan Karang Pilang, Surabaya.
Guru Besar (Gubes) Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Win Darmanto mengatakan, pencemaran limbah popok di Sungai Brantas secara statistik belum diketahui pasti. Namun, turunan limbah popok berupa mikroplastik memang telah ditemukan di sungai terpanjang di Jatim itu. ’’Mikroplastik dalam aliran Sungai Brantas masuk kategori sedang,” tuturnya.
Kategori pencemaran sedang secara umum memang belum berdampak pada kesehatan. Namun, dampaknya untuk lingkungan telah terasa. Terutama bagi biota air seperti ikan. Di antaranya, memengaruhi perubahan kelamin pada ikan.