Jokowi Buka Masalah Freeport di Depan Mahasiswa Muhammadiyah
jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan pengurus Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (6/8). Dalam pertemuan itu ada pengurus IMM yang menanyakan masalah divestasi saham PT Freeport Indonesia (PTFI).
Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari yang ikut dalam pertemuan itu mengungkapkan, salah satu fungsionaris IMM menyebut akuisisi saham PTFI hingga 51 persen hanya permainan kata-kata. Sebab, kontrak Freeport di Papua akan berakhir pada 2021 dan Indonesia bisa menguasainya tanpa harus mengeluarkan uang.
“Atau bahasa yang sejatinya kita itu rugi, karena kontrak itu kan sudah selesai (2021), mestinya sudah selesai kembali saja ke Indonesia," ungkap Hajriyanto.
Mantan wakil ketua MPR itu menjelaskan, Presiden Jokowi lantas merespons pertanyaan itu. Ada beberapa argumen yang disodorkan mantan gubernur DKI itu.
“Yang pertama menyangkut teknologi. Jadi alat-alat untuk bekerja di Freeport itu sangat canggih yang kita belum miliki. Sehingga kalau kita mau beli perlu investasi yang sangat besar," kata Hajri menirukan JAwaban jokowi.
Alasan kedua yang disodorkan Jokowi adalah perlunya modal besar untuk bisa mengelola operasional PTFI sepenuhnya. Sebab, pemerintah harus memikirkan investasi ratusan triliun untuk alat-alat penambangannya.
Selain itu, Indonesia juga harus belajar. Menurut Hajriyanto, mantan wali kota Surakarta itu mengatakan, Indonesia harus menyerap ilmu dari asing.
"Kita ini jangan sok bisa kalau memang nyatanya belum bisa, jadi tidak apa-apa. Bangsa lain juga belajar, kita juga perlu belajar dulu seperti kita membangun LRT, MRT itu Jepang. Itu bangun terowongan di bawah untuk MRT kita belajar. Pekerjaannya oleh Jepang, tapi sekarang kita bisa. Sekaran 40 persen itu tenaga kita, tenaga-tenaga ahli kita. Begitu," tutur Hajriyanto.