Jokowi Harus Hilangkan Mentalitas 7 Persen
Perekonomian Indonesia Bisa Tumbuh Double Digit"Hal semacam itu selama ini menciptakan ekonomi biaya tinggi yang mereduksi daya saing Indonesia," ujarnya.
Profesor Jeffrey Winters menambahkan, transformasi ekonomi seharusnya dilakukan sejak awal 2000 ketika Indonesia memasuki periode bonus demografi, yakni melimpahnya penduduk usia produktif. Namun, hal tersebut belum terlaksana. Dengan demikian, inilah saatnya bagi Indonesia untuk melakukan transformasi ekonomi guna mengoptimalkan potensi bonus demografi yang tinggal 20 tahun lagi.
"Jika dalam lima tahun ke depan tidak dilakukan, Indonesia bisa kehilangan momentum yang muncul 100 tahun sekali," tegasnya.
Jeffrey pun menceritakan pengalamannya pada 2004 ketika bersama beberapa kelompok internasional bertemu para calon presiden saat itu. Dalam pertemuan tertutup tersebut, para intelektual internasional mengutarakan ide bagaimana agar Indonesia bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 10–12 persen per tahun.
"Ada satu calon presiden yang sangat tertarik dengan ide-ide kami. Sayangnya, dia kalah dalam pemilihan presiden,’’ ungkapnya.
Dia menyebutkan, presiden yang kemudian terpilih (Susilo Bambang Yudhoyono) dan tim ekonominya memiliki "mentalitas 7 persen". Mentalitas tersebut persis yang muncul pada awal Orde Baru, yakni pertumbuhan ekonomi 7 persen sudah cukup untuk Indonesia serta 7 persen itulah angka yang wajar untuk negara besar dan kompleks seperti Indonesia.
"Jokowi dan tim ekonominya harus mengubah mentalitas 7 persen menjadi mentalitas double digit (10 persen),’’ katanya.
Menurut Jeffrey, Indonesia harus mencontoh Tiongkok. Dia menceritakan, pada 1970-an ketika ekonomi Indonesia melesat karena booming harga minyak, Tiongkok masih tertinggal dari Indonesia. Namun, karena reformasi struktural yang dijalankan dengan tegas, negara besar dan kompleks itu bisa mencapai pertumbuhan ekonomi double digit selama berpuluh-puluh tahun.