Jokowi Pengin Indonesia Bisa Terdepan soal Pengelolaan Sawit
jpnn.com, SERDANG BEDAGAI - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa Indonesia harus terdepan dalam pengelolaan kelapa sawit. Untuk itu, pemerintah berkomitmen untuk memeratakan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di seluruh tanah air.
Jokowi menyatakan itu saat meresmikan PSR di Desa Kota Tengah, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Senin (27/11). Di provinsi yang dipimpin Gubernur Tengku Ery Nuradi itu, pemerintah meremajakan kebun sawit rakyat seluas 9.109,29 hektare yang tersebar di Serdang Bedagai, Langkat, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu, Asahan, Batubara, Simalungun, Labuhan Batu Utara, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Deli Serdang dan Tapanuli Tengah.
Menurut Jokowi, jumlah tersebut masih sangat kurang. Sebab, PSR di Sumatra Utara sudah sangat mendesak karena dari total 470.000 hektare sawit perkebunan rakyat, seluas 350.000 hektare perlu diremajakan.
"Yang perlu diremajakan 350 ribu hektare gede sekali dan biayanya tidak sedikit. Tapi harus kita kerjakan kalau tidak kita hanya melihat kelapa sawit yang umur 25-30 tahun tidak produktif, harus diremajakan," ujar Jokowi.
Sementara dari 4,6 juta hektare lahan perkebunan kelapa sawit, sekitar 2,4 juta hektare di antaranya diperkirakan memiliki produktivitas di bawah 2,5 ton crude palm oil (CPO) per hektare tiap tahunnya. Penyebabnya adalah umur tanaman kelapa sawit yang sudah lebih dari 25 tahun atau tidak menggunakan benih berkualitas yang baik pada masa tanam dahulu.
Karena itu Jokowi mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama dengan pemerintah mendukung program PSR guna meningkatkan produktivitas kelapa sawit Indonesia. Mantan gubernur DKI itu juga telah memerintahkan jajarannya untuk segera menjalankan program PSR agar kelapa sawit Indonesia bisa bersaing dan menjadi unggulan di dunia internasional.
Jokowi mengaku telah memerintahkan Menko Perekonomian Darmin Nasution untuk meremajakan tanaman kelapa sawit yang tak produktif lagi. “Yang milik rakyat harus diremajakan, kalau tidak kita bisa disalip negara lain," ucap Presiden.
Apalagi, selama ini Indonesia memang dikenal sebagai negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia hingga mendapat julukan emas hijau. "Tapi ingat juga menjadi produsen kelapa sawit terbesar artinya kita harus menjadi yang terdepan dalam pengelolaan. Ini yang kita lemah di sini," tambahnya.