Jokowi Perintahkan 13 Kementerian / Lembaga Bantu Percepatan Pembangunan Persepakbolaan
’’Waktu itu kan sempat ramai prestasi sepak bola jelek banget. PSSI minta pemerintah untuk lebih memerhatikan,’’ ujarnya kepada Jawa Pos, Kamis (14/2) kemarin.
Dia menambahkan, keluhan tersebut kemudian dibahas dalam rapat terbatas tingkat menteri yang dipimpin presiden mulai pertengahan sampai akhir tahun lalu. ’’Atas dasar itu, Pak Jokowi menerbitkan inpres. Intinya, stakeholder terkait agar membantu persepakbolaan,’’ imbuhnya.
Kondisi sepak bola Indonesia memang sangat memprihatinkan. Sudah 28 tahun sepak bola Indonesia kering prestasi atau sejak kali terakhir timnas meraih medali emas dalam SEA Games 1991. Kondisi itu tidak terlepas dari abainya sepak bola Indonesia terhadap pembinaan. Kompetisi usia muda digelar seadanya dan tidak kontinu. Kadang dijalankan, kadang tidak. Sudah begitu, tidak berjenjang.
Pendanaan untuk sepak bola usia muda juga tak diperhatikan. Sedikit sekali pihak yang mau ’’membuang uang’’ untuk sepak bola usia muda. Keberlangsungan sekolah sepak bola (SSB) lebih dominan dibiayai dari iuran yang tak seberapa dari para wali murid.
Lapangan latihan yang berkualitas juga minim. Bahkan, banyak klub profesional yang tidak memiliki lapangan latihan sendiri. Apalagi lapangan latihan untuk anak-anak SSB. Padahal, animo masyarakat untuk bermain sepak bola begitu tinggi. Begitu pula antusiasme para orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka di SSB.
Di tempat terpisah, Staf Khusus Presiden Adita Irawati menambahkan, selain merespons PSSI, inpres tersebut merupakan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas sepak bola.
Sebab, sebagaimana harapan masyarakat, pemerintah ingin sepak bola Indonesia berprestasi di tingkat internasional. Karena itu, dibutuhkan penanganan dari hulu ke hilir yang terintegrasi di beberapa kementerian. Adita menambahkan, isi inpres itu juga mempertimbangkan berbagai masukan para pemangku kepentingan sepak bola.
Disinggung soal kemungkinan adanya perhatian terhadap cabang olahraga lain, Adita menilai hal tersebut bisa saja dilakukan, tapi harus melalui kajian lebih dahulu. ’’Sedang dikaji sambil mempertimbangkan dinamika masing-masing cabang olahraga,’’ kata mantan vice president corporate communications PT Telkomsel tersebut.