Jumat Macet di Hisbullah
Oleh Dahlan IskanBelakangan ini banyak orang Hisbullah pergi ke Syiria. Berperang. Melawan ISIS. Banyak pula yang mati di sana. Termasuk kakak kandung sopir saya tadi.
Saya sudah tahu bagaimana memasuki masjid Syiah. Tidak ada bedanya dengan masuk masjid Sunni.
Saya juga sudah biasa berwudu dengan cara tidak basuh kaki. Cukup mengoleskan jari tangan yang basah. Ke punggung telapak kaki.
Masjid ini penuh sekali. Kira-kira seribu orang. Tidak ada yang pakai tutup kepala. Tidak ada yang pakai sorban.
Semua jemaah pakai baju biasa. Banyak yang pakai celana jeans. Kaus dan jaket. Tapi hanya saya yang tidak pakai kaus kaki.
Di seperempat ruang ini seperti di dalam gereja. Ada barisan meja. Dan kursi. Lima baris. Untuk jemaah yang sudah tua. Yang tidak bisa salat di lantai.
Tepat jam 11.45 seseorang masuk dari pintu sebelah mihrab. Dengan pakaian seperti ayatullah. Langsung menuju mimbar. Berkhotbah. Dalam bahasa Arab. Tentu saja. Tanpa assalamu alaikum.
Setelah beberapa kalimat khotbah jemaah mengucapkan salawat nabi. Tiga kali. Serentak. Dengan suara keras.