Kadin Anggap Daerah Ini Terparah Dihajar Krisis Ekonomi
jpnn.com - JAKARTA - Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perbankan dan Finansial, Rosan Perkasa Roeslani menilai, Kalimantan Utara (Kaltara) merupakan provinsi terparah di Indonesia yang mengalami efek gejolak ekonomi global yang saat ini terjadi.
Bahkan ujar Rosan, proses terdampak negatif itu sudah dimulai sejak 2013, sejak harga komoditas di pasar global mengalami penurunan.
“Itu terjadi karena Kalimantan Utara tidak memiliki fundamental ekonomi yang kuat. Hanya mengandalkan produksi migas, batubara, dan CPO yang sangat tergantung pada pasar dunia. Pemerintah lupa membangun fondasi industri yang kuat sebagai landasan ekonomi yang mandiri,” kata Rosan, di Jakarta, Selasa (13/10).
Dia mencontohkan, Indonesia adalah eksportir terbesar batubara dunia dengan produksi mencapai 450 juta ton per tahun. Bersama Kalimantan Timur, Kaltara merupakan penyumbang utama batubara Indonesia. Saat ekonomi Tiongkok sebagai pembeli terbesar mengalami penurunan, permintaan batu bara pun menurun drastis, sejalan dengan penurunan harga. Alhasil, daerah-daerah penghasil batubara pun mengalami penurunan performa ekonomi.
Mengacu kepada data pada Dinas ESDM Kaltara ujarnya, per Oktober 2015 tinggal 16 perusahaan yang masih beroperasi dari total 34 perusahaan pertambangan. Beberapa di antaranya malah sudah gulung tikar.
“Potensi kerugian negara kalau harganya turun 1 USD saja adalah 450 juta USD per tahun. Sekarang kalau harga batu bara turun dari kisaran 130-150 USD per ton menjadi sekitar 50 USD per ton, berapa besar kerugian yang dialami Kaltara dan Kaltim. Terparah kan?” tandasnya.
Untuk membantuk perekonomian yang kuat, menurut Rosan, Indonesia perlu membangun industri. Namun, pembangunan industri memerlukan waktu yang lama dan dana yang besar. Untuk itu, CEO Recapital Group ini mengusulkan pentingnya mendahulukan industri prioritas. Ada empat industri prioritas yang diusulkan Rosan, yaitu industri berbasis agrobisnis, industri berbasis komoditas, industri berbasis kemaritiman, dan industri berbasis pariwisata.
“Mengapa keempat industri tersebut? Karena semua ini sudah dimiliki Indonesia. Kaltara misalnya sudah memiliki kekuatan alami dalam agrobisnis, komoditas, maritim, dan pariwisata. Kita tinggal membangun fundasi bisnisnya dan memberikan nilai tambah pada produknya,” kata Rosan.