Kaget! Ditanya Apa Cita-citanya, si Bocah: Ingin jadi Koruptor
Agar konsentrasi anak semakin terjaga pada saat mendengarkan dongeng, Rico kerap menggunakan tambahan sound effect atau bunyi-bunyian sesuai dengan tema cerita. ”Mereka harus dipancing agar konsentrasinya terjaga. Agar pesan dongeng tersampaikan,” tambah dia.
Rico yang sudah malang melintang dari Jawa, Sumatera, hingga Kalimantan tersebut menuturkan, mendongeng itu sangat efektif pada anak usia dini hingga kelas VI SD. Bagi dia, internalisasi nilai-nilai antikorupsi sejak dini sangat perlu.
Setidaknya anak akan punya modal untuk menilai sikap mana saja yang layak untuk ditiru dan tidak. ”Sikap antikorupsi yang tertanam sejak kecil itu akan membentengi anak dari pengaruh tidak baik,” jelas pria kelahiran Jakarta tersebut.
Bila Rona dan Rico menanamkan nilai-nilai antikorupsi lewat dongeng, beda lagi dengan Djito Kasilo. Pria yang kerap disapa ayah Djito itu sejak KPK berdiri terlibat dalam berbagai kegiatan pencegahan. Terutama yang sifatnya edukasi terhadap anak-anak.
Djito menyemai nilai-nilai antikorupsi selama ini lewat medium lagu. ’’Kenapa saya pilih lagu? Salah satu alasannya karena kita sekarang memang krisis lagu anak,’’ ujar Djito saat dihubungi Jumat (26/8).
Menurut dia, sekarang anak-anak Indonesia krisis lagu. Dengan begitu, mereka menyanyikan lagu dewasa. Temanya pun tak jarang tentang cinta dewasa. ’’Berangkat dari situ, saya merasa perlu membuat lagu-lagu tentang antikorupsi,’’ ujar Djito.
Kebetulan, niat itu klop dengan program Indonesia Corruption Watch (ICW) yang di dalamnya ada sejumlah aktivis teman Djito di kampus.
Sebelum membuat album anak antikorupsi bersama ICW dan KPK, Djito sebenarnya punya proyek pribadi di marinyanyi.com. Di sana, pria yang dikenal sebagai dosen dan praktisi periklanan itu membagikan sekitar 500 lagu gratis. Semua buatannya sendiri. Lagu-lagu di marinyanyi.com tersebut juga telah disebar gratis oleh Djito ke TK dan PAUD.