Kalung Antivirus Corona Dikritik, Begini Penjelasan dari Kementan
"Untuk mendapatkan efek aromaterapi yang optimal, penggunaannya dilakukan dengan cara menghirup aroma dari lubang-lubang kemasannya. Produk ini mengandung bahan yang telah diuji secara in-vitro di laboratorium memiliki aktivitas antivirus, baik terhadap virus influenza maupun virus corona (gamma- dan beta-corona)," bebernya.
Fadjry melanjutkan, informasi dari hasil pengujian in vitro, minyak Eucalyptus memiliki potensi menetralisir virus corona seharusnya ditangkap oleh lembaga lain yang lebih kompeten untuk melakukan pengujian klinis pada manusia atau pasien COVID-19.
"Dengan demikian, peluang bangsa kita bisa lebih cepat menemukan obat atau teknologi penanganan COVID-19. Butuh tekad dan semangat untuk saling bersinergi demi kemajuan bangsa ini, bukan saling mencela atau melemahkan," tegasnya
Sementara itu, Indi Dharmayanti, Peneliti Utama Virologi Molekuker BB Litvet, Balitbangtan, Kementan menambahkan, banyak informasi yang mendukung hasil inovasi Balitbangtan ini.
Menurut Bakkali et al (2008), Minyak asiri umumnya memiliki kemampuan sebagai antimikroba, antivirus, antikanker, antiksidan, anti inflamasi, peningkat daya tahan tubuh.
Minyak Eucalyptus dengan kandungan bahan aktifnya yaitu 1,8 cineol atau eucalyptol memiliki kemampuan menghambat replikasi virus influenza (H1N1) menurut Sadatrasuletal (2017).
Selanjutnya beberapa publikasi lain (Sadlon et al., 2010; Singh et al, 2009; Lee et al, 2001; Serafino et al, 2008) menyebutkan tentang potensi eucalyptus untuk penanganan gangguan pernafasan, terutama pada pasien dengan pembengkakan saluran nafas dan paru paru.
Sebagai antioksidan bahkan Eucalyptus sudah digunakan sebagai bahan aktif pada obat Soledum yang digunakan untuk pengobatan penyakit pernapasan.