Kami Bugis Makassar Bukan Bangsa yang Suka Berkonflik
jpnn.com - JAKARTA – Aksi pembakaran gedung DPRD Gowa, Sulawesi Selatan, yang diduga dipicu keberadaan Perda Lembaga Adat Daerah (LAD), mengundang keprihatinan banyak pihak.
Salah satunya Bahtiar Baharudin. Sebagai warga dan putra daerah Sulsel, Bahtiar mengingatkan seluruh elemen masyarakat Sulsel agar kembali ke falsafah Bugis Makassar.
“Sipakau, Sipakalebbi, Sipakainge. Itu falsafah bangsa Bugis Makassar dan Bangsa Bugis Makassar sejatinya bukanlah bangsa yang suka berkonflik,” ujar Bahtriar, yang kini menjabat sebagai Direktur Politik Dalam Negeri Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kemendagri itu, saat dimintai tanggapan oleh wartawan dalam kapasitasnya sebagai putra daerah Sulsel, Rabu (28/9) pagi.
Sipakau artinya saling meng-orang-kan atau saling menghargai. Sipakalebbi punya makna saling menghormati atau saling menjaga martabat dan kehormatan.
“Sipakainge artinya saling mengingatkan atau jika di antara kita ada yang berlebihan (dalam bersikap, red), maka tugas kita untuk saling mengingatkan,” terang doktor ilmu pemerintahan itu.
Dari nada kalimatnya, sebagai putra daerah Sulsel, Bahtiar sangat menyesalkan konflik di Gowa ini.
Menurutnya, masyarakat di wilayah Sulsel sudah bertahun-tahun hidup damai tentram dalam hukum NKRI dan adat istiadat yang dianut dan ditaati warga secara alamiah.
“Mestinya tidak akan ternodai jika semua pihak memegang teguh ketiga falsafah tersebut. Mari berdamai,” ujarnya.