Kamrussamad Kritik Pilihan Skenario Pemulihan Ekonomi Oleh Pemerintah
“Ketidakpastian ekonomi yang tinggi di sisa tahun 2020 dan tahun 2021 mendatang. Oleh karenanya, pemerintah juga perlu mengantisipasi jika situasi gejolak ekonomi global kembali terjadi, terutama jelang akhir tahun, akan ada dinamika politik AS dan risiko gelombang kedua pandemi,” tambah Kamrussamad.
Selain itu, pertimbangan terkait pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang diperkirakan positif di triwulan II 2020 juga harus dilakukan.
Sejak saat ini, pemerintah harus berupaya mendorong ekspor ke Cina. Sehingga, ketika ekonomi Tiongkok bangkit, permintaan ekspor ke Indonesia juga akan ikut naik.
“Hingga saat ini belum terlihat dari skenario pemerintah jika gelombang kedua datang. Hal ini yang mengherankan dari tim ekonomi pemerintah. Terkesan percaya diri dengan satu skenario saja,” kata politisi Parta Gerindra itu.
Terkait stimulus fiskal, lanjutnya, pemerintah harus memperhatikan dengan baik kecepatan implementasinya lantaran hal ini dianggap penting dan menentukan tingkat efektifitas stimulus itu sendiri.
Rendahnya penyerapan anggaran, berpengaruh pada daya beli serta berdampak pada sektor riil.
“Sudah berapa persen penyerapan stimulus sampai saat ini? Apa upaya yang sudah dilakukan untuk mempercepat stimulus agar sampai ke masyarakat dan dunia usaha, kami nilai hasilnya belum tampak,” ungkapnya.
Kamrussamad juga mempertanyakan proyeksi terburuk pemerintah terkait pertumbuhan ekonomi yang masih positif di angka 1 persen pada tahun 2020 ini. Pasalnya, lima lembaga internasional memprediksikan ekonomi Indonesia paling tinggi hanya 0,5 persen.