Kang Jalal Tegaskan Islam Sejalan dengan Kebhinnekaan
jpnn.com - JAKARTA - Anggota Komisi VIII DPR RI Jalaluddin Rahmat menyatakan bahwa Islam tidak pernah bertentangan dengan keragaman atau kebhinnekaan. Sebab, Islam memang penuh keragaman dan memberi peluang bagi perbedaan.
"Kita bisa lihat di Makkah, di depan Kakbah, begitu beragamnya baik warna kulit, maupun cara ibadah yang dilakukan umat muslim," ujar Jalaluddin di sela-sela acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pembukaan Muktamar V Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Minggu (11/12/2016) malam.
Turut hadir dalam acara itu Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Bidang Pemerintahan Suhajar Diantoro. Suhajar hadir untuk mewakili Mendagri Tjahjo Kumolo membuka Muktamar V IJABI.
Kang Jalal -sapaan akrabnya- menegaskan, yang tidak beragam adalah islamisme. Yakni, idiologi politik yang dikaitkan atau dinisbatkan kepada Islam.
Islamisme, ucapnya, tidak pernah setuju dengan kebhinekaan. "Islamisme inilah yang ingin ada penasfiran tunggal dalam ajaran islam. Ini yang bertentangan dengan kebhinekaan," papar Ketua Dewan Syuro IJABI ini.
Lalu bagaimana Islam dan kebhinekaan di Indonesia? Kang Jalal menjelaskan, Islam di Indonesia dalam kondisi menerima perbedaan dan keragaman dengan sangat baik.
Namun, politikus PDI Perjuangan itu tak menampik masih adanya persoalan intoleransi yang dilakukan organisasi kemasyarakatan Islam tertentu. Meski demikian pakar ilmu komunikasi dari Universitas Padjadjaran itu meyakini keberagaman dan Islam di Indonesia tidak akan pernah rusak.
“Kalau ada kasus-kasus, itu insidentil saja. Saya kira umat Muslim Indonesia paling menghargai kebhinekaan," tutur anggota Fraksi PDIP itu.