Kapal Perang Andalan Inggris Sudah Parkir di Hormuz, Mengancam Iran
"Anda (Inggris) sedang bermain permainan berbahaya. Jangan ikuti jejak Amerika," ujar Jubir Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi.
Sementara ini, banyak negara yang masih diam kala melihat cekcok Iran versus AS. Mereka tak bisa menyalahkan Iran karena Presiden AS Donald Trump-lah yang pertama ingkar janji. Mei tahun lalu Trump mengumumkan bahwa AS mengundurkan diri dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Trump menilai isi kesepakatan di rezim Barack Obama sangat buruk. Kubu lainnya, termasuk Inggris, tak setuju dengan menolak anggapan itu. Mereka berusaha untuk membujuk AS kembali memenuhi perjanjian.
Namun, semua itu berubah saat Iran mulai bersikap agresif. Sejak Mei, beberapa serangan yang terjadi di Timur Tengah dikaitkan dengan pemerintahan Hassan Rouhani. Yang jadi korban adalah sekutu AS di wilayah sekitar Iran.
"Kami ingin menunjukkan aksi tak terpuji Iran. Di sisi lain, kami tidak ingin terpancing dan menciptakan krisis," ujar Menlu UAE Anwar Gargash kepada Bloomberg.
Baru bulan ini Inggris akhirnya ikut memperkuat pertahanan di perairan teluk setelah kapal tanker mereka diserang. Iran menuduh itu hanya alasan agar sekutunya punya dalih untuk keluar dari JCPOA. Hassan Hanizadeh, analis politik dari Iran, menilai Inggris sengaja memancing Iran dengan menahan kapal tanker milik mereka.
"Toh mereka akan keluar Uni Eropa sebentar lagi. Pasti mereka akan mengintensifkan kerja sama militer dengan AS," ungkap dia kepada Sputnik.
Peringatan untuk Inggris juga datang dari mantan petinggi International Atomic Energy Agency Mohammed El Baradei. Meski tak membenarkan sikap Iran, dia meminta Inggris tak ikut-ikut melakukan operasi militer di perairan Timur Tengah.