Kapolda Nilai Gubernur Bengkulu lagi Galau
jpnn.com - BENGKULU - Pernyataan Gubernur H. Junaidi Hamsyah, yang sempat melontarkan wacana membentuk Negara Bengkulu dalam seminar nasional kebangsaan di Hotel Grage Horizon, Sabtu (31/6) lalu terus menimbulkan tanggapan yang beragam.
Salah satunya dari Kapolda Bengkulu Brigjen. Pol. Drs. Tatang Somantri, MH yang menilai wacana Bengkulu Merdeka itu merupakan ungkapan kegalauan gubernur.
"Kadang - kadang kegalauan muncul. Itu terlalu jauh," kata Kapolda ditemui wartawan di Kantor Pelindo II Pelabuhan Pulau Baai, Selasa (10/6) siang.
Agar perkataan tidak lagi keluar jauh dari konteks, Kapolda mengingatkan agar pembacaan pidato mengacu dari teks yang sudah disiapkan.
"Makanya saya bilang kalau pidato itu harus dalam formulasi, konteks atau konsep pidato. Itu tujuannya agar tidak meleset. Sebagai acuan. Biar ajalah, yang penting Merah Putih masih di sini. Kapolda, Danrem Danlanal menyatakan masih Merah Putih," kata Kapolda.
Karena pernyataan gubernur tidak serius untuk memerdekakan Bengkulu dan bentuk kegalauan, Polda Bengkulu tidak memprosesnya. Termasuk tidak pula memanggil Gubernur Junaidi untuk mengklarifikasi.
"Ndak (tidak dipanggil,red). Itu saya bilang tadi ada klarifikasi disampaikan ke DPRD. Silakan saja sesuai mekanisme prosedur yang dilakukan sesuai. Wajar, Kalau manusia ada kesalahan, khilaf minta maaf. Tuhan saja memaafkan," tukas Kapolda.
Sementara, bukan hanya dari para pejuang, anak pejuang bergabung dalam Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI) Provinsi Bengkulu, Mufran Imron juga mengecam pernyataan gubernur yang masuk dalam rangkaian peringatan Hari Lahir Pancasila itu.