Karya Tulus, Kisah Ledhek Bertemu Mantan Kekasih semasa SMA
Pinangan demi pinangan datang silih berganti. Namun, Lastri belum juga menemukan sosok pendamping yang tepat. Yang mau menerima dirinya apa adanya sebagai seorang ledhek. Tanpa embel-embel ini itu. Tanpa harus melalui perdebatan panjang tentang pemahaman agama dan budaya.
Hingga akhirnya Lastri bertemu dengan mantan kekasihnya semasa SMA dulu. Keduanya masih memendam rasa suka meski telah berpisah cukup lama.
Pria yang berstatus duda dan bergelar haji tersebut dengan senang hati menikahi Lastri tanpa menyoal profesi. Saat resepsi pernikahan digelar, Lastri mengundang para mantan yang pernah terlibat asmara dengannya.
Kisah di atas merupakan bagian dalam novel Ledhek saka Ereng-erenge Gunung Wilis yang ditulis Tulus. Lastri digambarkan sebagai seorang penari tayub yang tinggal di lereng Gunung Wilis, Madiun.
Tulus hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh hari untuk menyelesaikan novel yang mendapat Anugerah Sutasoma Balai Bahasa Jawa Timur kategori Karya Sastra Daerah Terbaik pada 2017 itu.
”Kisah ini (Ledhek saka Ereng-erenge Gunung Wilis) fiksi,” kata Tulus saat ditemui Jawa Pos di rumahnya di Desa Banjarsari, Madiun. Itu merupakan satu di antara 21 novel yang ditulis Tulus selama dua tahun terakhir.
Artinya, satu buku rata-rata hanya diselesaikan dalam waktu satu bulan. Waktu yang terbilang singkat bagi seorang penulis.
Semua novel ditulis berbahasa Jawa Mataraman. Maklum, Tulus lahir dan besar di Madiun yang merupakan kawasan Jawa Mataraman. ”Dulu (sebelum menulis, Red) saya sering dolan dan mempelajari kebudayaan-kebudayaan lokal. Jadi, secara otomatis jalan sendiri otak saya, otodidak,” ungkap Tulus, lantas tersenyum.