Kasus Alfin Sepatutnya Menjadi Panutan Semua Atlet Indonesia
jpnn.com - KASUS patah tulang kaki kiri Alfin Ismail Tuasalamony yang kini terlantar akibat tidak dijamin oleh PSSI dan Macan Kemayoran sudah sepatutnya menjadi panutan semua atlet Indonesia.
Dalam hal ini asuransi kesehatan pemain merupakan aset berharga yang seharusnya menjadi kewajiban klub dan otoritas tertinggi institusi sepak bola. Sehingga masa depan atlet tidak mudah punah akibat didera cedera.
"Yang harus dipikirkan (pemain itu) asuransi. Supaya ada (pihak) yang menjamin. Sehingga ketika terjadi seperti ini (cedera parah), pemain tidak dipusingkan lagi (soal pembiayaan)," kata mantan gelandang Persija Jakarta, Ponaryo Astaman, Selasa (30/6).
Melihat PSSI dan manajemen tim ibu kota melakukan kesalahan terhadap penyelamatan karir atlet, hal ini jadi senjata tambahan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi untuk bertindak tegas. Ia mendesak induk olahraga untuk mengasuransikan para atlet kebanggaannya ke dalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Ini demi merubah mindset konvensional ke kelas yang lebih modern.
"Urusan Alfin tak hanya terkait sepak bola, tapi seluruh atlet cabang olahraga. Saya kira ke depan harus ada kebijakan meng-cover dan mengasuransikan mereka di BPJS. Upaya penting bagaimana mereka harus di-update secara langsung dan cabor harus proaktif memberikan dukungan agar atletnya ter-input dengan baik di BPJS," sambut politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.
Memang benar kalau asuransi kesehatan sudah lama menjadi masalah di persepakbolaan tanah air. Contohnya, sewaktu Roy Suryo menjabat sebagai Menpora juga pernah ada kasus gladiator Pelita Bandung Raya Camara Sekou terkena serangan jantung ketika melakukan program pemusatan latihan. Hanya saja, itu semua kembali terkuak dan ingin Imam perjelas lagi di tahun kepengurusannya.
"Sebenarnya ini soal lama yang baru terungkap sekarang. Tapi, karena ada kejadian seperti ini jadi pintu masuk buat kita semua untuk bisa mulai menyadari peristiwa Alfin tidak terulang kembali. Meski alasannya kecelakaan di luar, yang penting sisi kemanusiaannya harus ditonjolkan," tutur pria kelahiran Bangkalan, Jawa Timur, 8 Juli 1973.
Selain perlindungan atlet, kabarnya Imam juga ingin mewacanakan detail pengembangan program pemberian bonus. Seperti pemberian bonus bersifat jangka panjang, yakni asuransi pendidikan yang ditujukan kepada atlet berprestasi.