Kawasan Cincin Api Bergolak, Termasuk Indonesia
Gempa pertama pada pukul 8 pagi terekam berkekuatan 4.2 Skala Richter (SR), dengan episentrum di 67 km barat daya Kabupaten Lebak, Banten. Dengan kedalaman 67 km.
Berdasarkan sebaran guncangan (shakemap), gempa terasa dengan skala III-IV modified mercalli intensity (MMI) di beberapa kecamatan pesisir di lebak seperti Bayah, Panggarangan, dan Malingping.
Sementara gempa pada pukul 13.00 siang harinya, berkekuatan 5,0 SR dengan episentrum di 72 km barat daya Lebak dengan kedalaman 44 km.
Shakemap menunjukkan getaran skala II hingga III MMI terasa di daerah Cimandiri, Panggarangan-Lebak, Cikande-Serang, Ujung Genteng, Curug, Kembar, Kota Sukabumi, Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Sementara Bogor, Cianjur dan Depok merasakan guncangan dengan skala II MMI.
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengatakan bahwa kedua gempa tersebut merupakan gempa susulan (aftershock) dari gempa sebelumnya (23/1).
Daryono menjelaskan, kedua gempa termasuk dalam klasifikasi gempabumi berkedalaman dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempang Eurasia. “Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi tidak berpotensi tsunami,” katanya.
Hingga hari rabu, kata Daryono, BMKG telah mencatat 46 kali gempabumi susulan. Menurut Daryono sulit untuk memastikan apakah ada keterkaitan antara berbagai event vulkanis maupun tektonis yang terjadi 3 hari terakhir. “Gempa bumi itu sangat tinggi ketidakpastiannya,” ujarnya.
Bagaimanapun, ada teori seperti dynamic stress. Bahwa satu pergerakan di lempeng tektonik mampu memicu pergerakan di wilayah lempeng tektonik yang lain. Meskipun jaraknya berjauhan. “Tapi tetap saja, sulit dibuktikan,” katanya.