Kayu Putih Harapan Baru di Kaki Gunung Wilis
Jan Prince Permata, sempat mencoba minyak kayu putih hasil sulingan produksi hutan Brebek.
“Luar biasa, tak kalah kualitasnya dari minyak kayu putih asal Pulau Buru dan Maluku,” kata Sarjana Pertanian alumnus Institut Pertanian Bogor ini.
Sulasno menjelaskan pihaknya bertekad untuk memperluas usaha minyak kayu putih yang dia yakini bisa menjadi andalan produk hasil hutan non kayu ke depan.
“Dukungan dari berbagai stake holder sangat diperlukan,” ucapnya. Selain untuk domestik, pasar di luar negeri masih terbuka seperti di Amerika Serikat dan negara-negara Arab.
Sulasno menunjukkan tanaman kayu putih yang berusia sekitar dua tahun yang berada di kaki Gunung Wilis. Areal ini berjarak sekitar lima kilo meter dari kantor Desa Kepel. Di kiri kanan tanaman Kayu Putih terhampar pohon Jati yang sedang meranggas akibat musim kemarau.
“Lima belas menit menggunakan motor dari sini ada pabrik penyulingan,” kata Sulasno.
Jan yang concern terhadap isu-isu ekonomi pertanian menekankan jika dikelola dengan baik, profesional dan ditambah sentuhan ilmu pengetahuan yang tepat, usaha minyak kayu putih bisa menarik investor dan modal besar.
“Kawasan hutan sekitar Nganjuk, Jombang, Mojokerto dan Madiun cocok bagi pengembangan kayu putih. Publik Indonesia umumnya tahu kayu putih itu asalnya dari kawasan Indonesia Timur, padahal di wilayah ini kualitas yang dihasilkannya sangat baik. Ini bisa jadi tanaman primadona ke depan,” kata Jan meyakinkan.