Kebakaran Dua Tahun Lalu Bikin Penasaran Tamu
jpnn.com - Wologai, kampung adat di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), kini menarik perhatian turis. Selain keasliannya tetap terjaga, kampung di atas bukit itu menyimpan banyak artefak sejarah nenek moyang.
Laporan Thoriq S. Karim, Ende
KAMPUNG Wologai berada di Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende. Jaraknya sekitar 35 km dari pusat kota. Memang, untuk menuju ke sana, pengunjung bisa menggunakan kendaraan umum atau travel. Namun, jalannya menanjak dan berliku. Kalau kurang berpengalaman, bisa mengalami masalah di tengah jalan.
Waktu tempuh dari pusat kota hampir sejam. Medan yang dilalui menuju kampung tersebut cukup berat. Di kanan dan kiri tebing dan jurang. Mobil tidak bisa melaju kencang lantaran jalan menanjak dan sempit. Karena itu, bila berpapasan dengan mobil lain dari arah berlawanan, salah satu mesti mengalah.
Meski begitu, Kampung Wologai tetap membuat penasaran para wisatawan. Apalagi setelah terjadi kebakaran hebat dua tahun lalu. Wisatawan ingin tahu kondisi Wologai saat ini.
Untuk mengunjungi kampung adat yang berdiri sejak ratusan tahun silam itu, wisatawan disarankan didampingi kepala desa atau mosalaki (pemimpin adat, Red) setempat. Sebab, banyak aturan yang harus ditaati agar tidak bedampak bencana bagi penduduk di situ.
Saat berkunjung ke kampung di atas bukit tersebut bulan lalu, Jawa Pos (induk JPNN.com) didampingi Sekretaris Desa Yohannes Resi. Sebelum masuk kampung itu, Yohannes menyampaikan beberapa aturan yang mesti dipenuhi pengunjung. Salah satunya, tamu tidak boleh merokok. Alasannya, sebagian besar rumah di Wologai terbuat dari kayu.
Dia khawatir peristiwa dua tahun lalu terulang, yakni kebakaran yang menghanguskan 18 rumah adat dan 2 rumah warga Wologai. Padahal, 18 rumah itu merupakan bangunan asli peninggalan leluhur yang usianya ratusan tahun. ”Karena itu, dilarang keras merokok di sini,” ujarnya.