Kebencian Menggerogoti Supremasi Hukum Pakistan
jpnn.com, ISLAMABAD - Tekanan yang dialami Aasia Bibi merembet kepada orang-orang dekatnya. Saiful Malook yang membela Bibi selama proses banding kabur dari Pakistan. Pengacara tersebut mengaku nyawanya terancam sejak putusan Mahkamah Agung dibacakan.
CNN melansir, kolega Malook mengatakan bahwa sang pengacara sudah tak berada di Pakistan. Dia pergi ke Eropa untuk menjauh dari ancaman pembunuhan. Pria tersebut telah melewati Roma, Italia, untuk pergi ke Amsterdam, Belanda. Setelah menghadiri konferensi di kota tersebut, dia bakal menetap di London.
"Saya perlu bertahan hidup untuk terus membela Bibi," ujarnya menurut BBC. Malook bersedia kembali ke Pakistan jika pemerintah mau memberi jaminan keselamatan.
Orang di lingkaran Aasia Noreen, nama asli Aasia Bibi, memang terus mendapatkan ancaman dari sebagian rakyat Pakistan. Terutama warga garis keras yang dinaungi Partai Tehreek-e-Labbaik Pakistan (TLP).
Banyak kerabat dan pendukung Bibi (perempuan yang pernah dituduh sebagai penghina agama) yang frustrasi karena ibu lima anak itu tak bisa bebas meski palu hakim sudah diketok.
Sang suami, Ashiq Masih, terus berusaha mencari cara agar keluarganya bisa keluar dari Pakistan. Dalam sebuah video yang diperoleh The Guardian, Masih meminta Perdana Menteri Inggris Theresa May, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, dan Presiden AS Donald Trump untuk membantu mereka.
"Saya meminta kalian untuk membantu kami keluar dari Pakistan. Kami terancam terjebak di sini," ungkapnya.
Masih memang putus asa. Pasalnya, putusan Mahkamah Agung tak bisa mengubah tekanan bagi Bibi. Menurut kesepakatan TLP dan pemerintah, Bibi harus dicekal agar tak kabur ke luar negeri. Pencekalan itu dilakukan agar TLP bisa menempuh jalur hukum untuk memprotes putusan Mahkamah Agung.