Kebutuhan Dana Impor Pertamina Dinilai tak Masuk Akal
jpnn.com - JAKARTA- Sejumlah kalangan mengritik kebutuhan dana Pertamina untuk impor bahan bakar minyak (BBM). Pasalnya, Pertamina membutuhkan dana USD 500 juta atau sekitar Rp 6,5 triliun per hari untuk impor minyak dan BBM sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat selama puasa dan Lebaran tahun ini.
Jumlah ini naik 233 persen dari 2013 lalu. Direktur Task Force Program Pendalaman Pasar Keuangan BI Nanang Hendarsah mengatakan, pasokan valas yang ada sudah bisa memenuhi kebutuhan dolar AS Pertamina.
Saat ini, rata-rata permintaan dolar AS Pertamina di pasar spot mencapai USD 150 juta per hari. Karenanya, kata dia, jumlah kebutuhan Pertamina itu sangat bombastis.
"Wah tidak sebesar itu (USD 500 juta). Pertamina masuk ke spot sekitar USD100-USD 150 juta per hari. Dengan isi tanda tangannya kesepakatan hedging dengan 3 Bank BUMN (Forex Line) mudah-mudahan sebagian kecil sudah masuk ke transaksiforward," kata Nanang, Minggu (21/4).
Menurut Nanang, kebutuhan dolar AS Pertamina termasuk besar kali ini meski sejauh ini sudah bisa dipenuhi oleh supply valas dari eksportir dan capital inflows.
Sementara itu, Energy Watch Indonesia (EWI) menilai pada era Karen Agustiawan, kebutuhan dolar AS untuk importasi BBM hanya USD100 juta. Tingginya kebutuhan dolar AS tersebut menggerus devisa dan menyebabkan kurs rupiah enggan turun.
”Angka yang dibutuhkan Pertamina hingga mencapai USD500 juta/hari sangat tidak masuk akal, itu terlalu besar. Kenaikannya terlalu tinggi. Seolah kebutuhan kita sudah 100 persen impor, sementara kilang minyak kita sebagian masih berfungsi,” ujar Direktur EWI, Ferdinand Hutahaean
Ferdinand juga tidak yakin dengan angka yang disebutkan Dirut Pertamina Dwi Soetjipto tersebut. Pasalnya, angka tersebut terlalu tinggi kecuali Indonesia 100 persen melakukan impor.