Kejar Pembangunan 2.200 Homestay di Mandalika
"Homestay itu solusi paling cepat, masif, ekonomis dan memberi lapangan kerja bagi masyarakat. Hotel berbintang tetap didorong, tetapi membangun hotel itu butuh waktu lama. Bisa lebih dari tiga tahun, dan kapasitasnya terbatas,” urai Taufan.
Melalui konsep Homestay Desa Wisata ini, Kemenpar ingin menjadikan pariwisata sebagai sebuah basic needs.
“Untuk itu harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Nah, untuk mewujudkan accomodation yang murah dan mudah kita harus melakukan terobosan dengan membangun sebanyak mungkin homestay (rumah wisata) di desa-desa wisata. Termasuk Mandalika,” timpal Ketua Pokja Percepatan 10 Destinasi Prioritas Kemenpar Hiramsyah S Thaib.
Apakah bisa dijamin tidak mahal? Jawabannya sangat bisa. Biayanya bakal sangat murah. Seluruh harga penyewaan homestay bisa sangat terjangkau karena dikelola secara mandiri oleh masyarakat.
“Dan dijamin mudah karena wisatawan dari seluruh dunia bisa mengakses informasinya melalui Indonesia Tourism Exchange (ITX). Platfom selling-nya sudah disiapkan ITX yang diendors oleh Kemenpar. Kita bahkan berambisi untuk memposisikan Indonesia sebagai negara yang memiliki homestay terbanyak di dunia,” ucap Hiramsyah.
Dan yang lebih penting lagi, pengembangan homestay di Mandalika dan di ’10 Bali Baru’ lainnya akan menghasilkan sharing economy untuk membangun community based di sektor pariwisata.
Dengan benefit yang diperoleh, menjaga ekosistem dan hospitality, masyarakat di sekitar destinasi wisata bisa menghidupkan tradisi dan budaya yang akan menjadi atraksi baru.
Lokasi idealnya? Ada di desa-desa penyangga di sekitar Mandalika. “Untuk desa wisata sendiri, targetnya 6-8 desa di sekitar Lombok Tengah. Radiusnya 5-15 km dari Mandalika,” ujar Taufan.