Kelangkaan BBM Karena Penyelewengan
Kamis, 16 Juni 2011 – 06:01 WIB
"Modusnya banyak, ada yang beli dengan jerigen, ada yang beli dengan mobil yang tankinya dimodifikasi. Bahkan, BPH Migas pernah menemukan ada mobil yang tangkinya dimodifikasi hingga kapasitasnya mencapai 300 liter. BBM-BBM bersubsidi itulah yang kemudian dijual ke sektor industri," paparnya.
Harun mengatakan, tingginya harga minyak membuat harga BBM untuk sektor industri juga naik, hingga mendekati Rp 9.000 per liter. Dengan harga BBM bersubsidi Premium atau Solar yang hanya Rp 4.500 per liter, maka disparitas harga antara BBM bersubsidi dan nonsubsidi mencapai dua kali lipat. "Disparitas inilah yang dimanfaatkan oleh oknum-oknum penyeleweng," ujarnya.
Data Ditjen Migas Kementerian ESDM menunjukkan, hingga akhir Mei 2011, konsumsi Premium mencapai 66,06 ribu KL per hari atau 3,9 persen di atas kuota 63,54 ribu KL per hari. Adapun konsumsi solar sebesar 37,75 ribu KL per hari, atau 5,3 persen di atas kuota 35,85 ribu KL. "Bahkan, di Kalimantan, konsumsi BBM bersubsidi sudah 15 persen melampaui kuota," kata Harun.