Keluarga Inggit Ogah Dikaitkan Konflik Rachma-Hanung
Sejatinya, Tito diundang pihak produser dalam premier film Soekarno. Namun alasan teknis yang membuatnya tidak bisa hadir, bukan karena beranggapan bahwa film itu jelek dan melenceng dari sejarah. "Tidak ada orang yang bisa mengantar saya ke Jakarta," ungkapnya.
Pada saat mengolah skenario film pun pihak produser dan sutradara juga sudah menemui keluarga Inggit, yang diwakili oleh Tito. "Betul mereka minta izin, tapi menurut kami, itu hanya sifatnya pemberitahuan saja," kata Tito.
Setelah menonton film Soekarno di bandung, Tito memang mengkritisi, terutama pada beberapa adegan yang dianggapnya tidak sesuai fakta. Misalnya adegan Inggit melempar sandal dan beberapa barang ke BK. "Adegan itu menunjukkan Inggit kok bersikap kasar. Saya tidak suka itu. Pembuatan film BK harus memperhatikan logika dan estetika," ungkapnya.
Terkait sikap Inggit yang dinilai kasar itu, memang menjadi fakta sejarah yang diungkapkan sendiri oleh BK di buku 'Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat. Buku tersebut menjadi salah satu rujukan tim produksi film Soekarno.
Tetapi menurut Tito, film sejarah BK harus bisa memisahkan sosok sebagai tokoh nasional dan pribadi, karena BK bukan hanya milik keluarga dan bangsa Indonesia, tapi juga milik dunia. Tapi, menurut Tito, sudah menjadi hak sutradara untuk menginterpretasikan sosok BK. Tentu harus dilandasi fakta sejarah yang yang didapat dari berbagai sumber. "Ini sudah terlanjur dan menjadi pembelajaran di kemudian hari," pungkasnya. (rmol/awa/jpnn)