Kemah Nusantara
Oleh: Dhimam Abror DjuraidProsesi ngangslupi omah ala IKN kali ini mengalami beberapa modifikasi. Jokowi dan para gubernur tidak membawa sapu lidi atau tikar bersama lampu teplok. Tikar untuk alas tidur sudah disiapkan di tenda khusus yang dipakai Jokowi untuk menginap.
Semua tanah dan air yang dibawa para gubenur itu dikumpulkan menjadi satu dalam gentong dan kendi besar yang dinamai ‘’Kendi Nusantara’’. Kendi dan gentong itu kemudian ditanam di titik nol IKN Nusantara.
Ritual ini menjadi simbolisasi politik dengan berbagai interpretasi. Para gubernur melaksanakan titah Jokowi ini dengan caranya masing-masing, yang sekaligus bisa menjadi cermin budaya politik mereka. Ada yang mengikuti pendekatan budaya dan historis-mistis ala Jokowi.
Namun, ada juga yang lebih memakai pendekatan simbolik-rasional.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur Jawa Barat Ridawan Kamil lebih cenderung mengikuti tradisi kejawen Jokowi. Khofifah mengambil tanah dari petilasan Majapahit di Mojokerto, dan mengambil air dari sumber air di lokasi bekas keraton Majapahit.
Pengambilan air dan tanah dilakukan dengan ritual lengkap dalam prosesi ‘’Mendhet Tirta lan Siti’’, mengambil air dan tanah, di kawasan Sumur Upas, Candi Kedaton, Trowulan. Dalam prosesi itu Khofifah mengambil tanah kedaton dan air dari mata air Banyu Panguripan di Desa Pakis, Trowulan.
Khofifah menyebut tanah dan air itu mempunyai nilai historis dan sekaligus punya makna keramat. Tanah Trowulan diharapkan membawa berkah bagi ibu kota baru dan membawa kejayaan sebagaimana yang pernah dicapai oleh Kerajaan Majapahit. Presiden Jokowi pasti berbunga-bunga menerima persembahan Khofifah ini.
Gubernur Ganjar Pranowo agak malu-malu mengakui dari mana tanah dan air dia ambil. Namun, dia mengaku sudah berkonsultasi dengan ‘’orang tua dan orang pintar’’, dan disarankan mengambil tanah dan air dari punjer Jawa di gunung yang ada di Jawa Tengah.