Kematian Freddie Mercury, Keganjilan Kucing, dan Kisah Pemakamannya
Ajal tak bisa ditolak. Freddie pun wafat.
Selanjutnya, Freestone pula yang memutuskan jenazah Freddie harus dikremasi. Keputusan itu bukanlah pilihan mudah, karena Freddie dianggap sebagai penganut Zoroaster.
Dua orang tua Freddie, Pak Bomi Bulsara dan Bu Jer Bulsara, tentu ingin jenazah putra mereka dimakamkan sesuai kepercayaan Zoroastrian.
Artinya, jasad Freddie semestinya tidak dikuburkan, melainkan diletakkan di tempat tinggi agar disantap burung pemangsa. Pengikut Zoroaster menganggap tanah terlalu suci untuk dikotori dengan jasad manusia.
Namun, hal itu tak mungkin dilakukan di Inggris, sekalipun Freddie seorang megabintang. Freestone pun harus membuat keputusan cepat dan mengonsultasikannya terlebih dahulu kepada orang tua Freddie.
Memang, Freddie sudah berpesan agar kematiannya tidak meninggalkan kesedihan yang berlarut-larut. “Dia (Freddie, red) ingin semua segera berakhir secepat mungkin. Dia ingin dikremasi pada hari yang sama,” tutur Freestone.
Jim Beach, kolega sekaligus manajer Queen, menyebut Freddie justru punya dilema soal agama orang tuanya. “Freddie tidak mempraktikkan Zoroastrianisme,” katanya.
Akhirnya, Freddie dikremasi di West London Crematorium pada 27 November 1991. Peti matinya dibawa menggunakan mobil jenazah Rolls-Royce, sedangkan lima Daimler mengusung berbagai bunga ucapan duka.