Kemenpar dan DMI Bersinergi Kembangkan Wisata Religi Berbasis Masjid
Sedangkan Menpar Arief Yahya mengatakan, masjid sebagai tempat ibadah memang memiliki nilai-nilai spiritual. Namun, katanya, masjid sebagai destinasi wisata juga punya nilai ekonomi.
“Harus sepakat jika masjid merupakan Destinasi Wisata Religi yang mengandung spiritual value dan economic value meski dikelola secara modern dengan ekosistem pariwisata halal. Misalnya masalah kebersihan harus diperhatikan, pengelolaan menggunakan teknologi informasi dan lain-lain,” sebutnya.
Menteri asal Banyuwangi itu menambahkan, Kemenpar bersama DMI akan menentukan masjid-masjid yang bakal dikelola secara profesional baik secara ekonomi ataupun spiritual.
Targetnya, destinasi religi bisa berkontribusi sebesar 10 persen bagi jumlah wisatawa famili friendly.
“Masjid semakin dimakmurkan, semakin memakmurkan,” tegasnya di acara yang dihadiri Agustianto Mingka dari Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Bambang Halilintar dari Asosiasi Travel Halal Indonesia (ATHIN), Rizanto Binol dari Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), serta perwakilan Asosiasi Pelaksana Haji, Umroh dan Inbound Indonesia (ASPHURINDO) dan pelaku bisnis wisata lainnya itu.
Direktur Program DMI Munawar Fuad Noeh yang juga panitia acara mengatakan, masjid saat ini masih dipandang sebatas sebagai tempat beribadah dan pendidikan keagaamaan. Menurutnya, perlu ada sosialisasi mengenai perspektif tentang masjid yang lebih modern.
“Perspektif baru ini tentu akan berdampak positif bagi masyarakat sekitar maupun bagi masjid itu sendiri. Pandangan yang lebih besarnya lagi adalah peningkatan devisa negara dari sektor pariwisata destinasi religi,” sebutnya.
Menurutnya, saat ini ada 850 ribu masjid di Indonesia. “Dukungan pemerintah melalui kerja sama ini tentu akan dapat menyejahterakan 850 ribu masjid di Indonesia secara khusus dan tentunya masyarakat secara umumnya,” sebutnya.