Kemenpar Jajaki Kerja Sama dengan Silk Air Laos
Kiki mengambil contoh Bandara Silangit, Sumatera Utara. Kata dia, Indonesia telah memutuskan Bandara Silangit menjadi Bandara Internasional. Kiki juga memaparkan progress wisata di Borobudur dengan paket Yogyakarta, Solo dan Semarang atau biasa disebut dengan Joglosemar.
Destinasi Borobudur sesuai dengan culture dan religi di kawasan Asia Tenggara. Salah satu alasan Wisman asal Asia Tenggara datang ke Indonesia adalah melihat wisata alam budaya dan karya manusia.
Dia memaparkan, wisata budaya menyumbang pasar terbesar mencapai 60 persen. Berdasarkan data tersebut, Kota Yogya, Solo, dan Semarang, layak masuk daftar daerah yang di-branding dalam pemasaran pariwisata internasional termasuk di Laos.
"Bandara Adisucipto dan Ahmad Yani yang masuk Great Joglosemar memiliki kontribusi besar sebagai pintu masuk utama wisman dan juga bisa terus ditambah untuk didatangkan Silk Air. Bisa dikunjungi setelah dari Bali atau sesudah dari Semarang dan Jogja," katanya.
Kiki juga menjelaskan, bahwa Kemenpar fokus melaksanakan strategi hard selling sepanjang tahun 2017. Langkah tersebut diambil lantaran telah melakukan strategi branding Wonderful Indonesia selama dua tahun.
"Tahun ini kami lebih fokus selling dengan persentase 50 persen, branding 30 persen, dan advertising 20 persen," kata Kiki.
Terkait Air Connectivity atau akses udara, Menpar terus memperbesar daya angkut atau seats capacity. Sedangkan urusan airline, airport dan authority soal angkutan udara itu domain-nya bukan di Kemenpar. Dibutuhkan total collaboration, dengan Kemenhub, Airlines, Airnav, dan Angkasa Pura.
Sejak dua bulan silam, masalah jembatan udara bagi Indonesia yang berkepulauan ini sudah terdeteksi. Karena itu Menpar bersama tim melakukan roadshow ke industri Airlines, Angkasa Pura I-II dan Authority, dalam hal ini Kemenhub. Gaya swasta, tidak terlalu protokoler, langsung bicara seolah-olah seperti B to B, mencari solusi terbaik.