Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kementan dan FAO Petakan Kapasitas Epidemiologi dan Surveilans di Indonesia

Selasa, 27 Agustus 2019 – 21:45 WIB
Kementan dan FAO Petakan Kapasitas Epidemiologi dan Surveilans di Indonesia - JPNN.COM
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementan I Ketut Diarmita. Foto: Elfany Kurniawan/JPNN.com

jpnn.com - Indonesia adalah salah satu negara yang rentan terhadap penyakit hewan menular pada manusia (zoonosis) dan Penyakit Infeksi Baru (PIB). Untuk itu Indonesia telah berupaya memperkuat kapasitasnya dalam mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan penyakit hewan.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) I Ketut Diarmita menyampaikan hal tersebut saat bertemu dengan Badan Pangan dan Pertanian (FAO) Pusat dan juga FAO Regional Asia Pacific dalam rangka pemetaan dan evaluasi kapasitas kesehatan hewan Indonesia, khususnya untuk bidang epidemiologi dan surveilans penyakit hewan di Jakarta.

Menurutnya, saat ini Indonesia menghadapi ancaman masuknya penyakit African Swine Fever (ASF) yang sudah mewabah di Tiongkok, Vietnam, Kamboja, Laos, dan Myanmar. Informasi terakhir, diduga ASF ini juga terjadi di Filipina, sehingga semua pihak harus waspada dan bersiap menghadapi ancaman ini.

Ketut juga mengingatkan bahwa ancaman ASF ini bukan menjadi masalah di jajaran Ditjen PKH saja, namun harus menjadi perhatian juga bagi para pemangku kepentingan lain seperti Karantina Hewan. Untuk itu diperlukan kerja sama yang semakin erat antara Ditjen PKH, Badan Karantina Pertanian, dan instansi terkait lain dalam hal pencegahan PIB khususnya ASF dengan menyepakati SOP dan teknis berbagi informasi dan pelaporan.

Terkait ancaman ASF ini, Ketut berpesan agar pengawasan di pintu-pintu pemasukan diperkuat, khususnya di wilayah-wilayah daerah pariwisata dengan penerbangan internasional langsung seperti Bali dan Manado yang juga memiliki populasi babi yang banyak, peningkatan surveilans terpadu berbasis risiko dan kemampuan untuk deteksi kasus, perbaikan biosekuriti peternakan, serta bagi masyarakat agar segera melaporkan kepada pemerintah apabila ada perubahan pola/peningkatan kematian babi pada wilayah/peternakannya.

BACA JUGA: Kementan Yakin Pemanfaatan Rawa Bakal Bikin Sumsel Surplus Beras

Lanjut Ketut menjelaskan bahwa saat ini selain ancaman PIB seperti ASF, Indonesia juga harus mewaspadai ancaman kasus penyakit-penyakit yang ada di Indonesia seperti rabies, Avian Influenza, Brucellosis, antraks, bahkan penyakit seperti Japanese Encephalitis dan malaria.

Kegiatan surveilans terpadu, penguatan biosekuriti, dan pengawasan lalu lintas mutlak diperlukan dalam upaya mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan penyakit-penyakit tersebut.

Indonesia adalah salah satu negara yang rentan terhadap penyakit hewan menular pada manusia (zoonosis) dan Penyakit Infeksi Baru (PIB).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News