Kementan Sigap Hadapi Perubahan Iklim Lewat Sistem Peringatan Dini & EWS SIPANTARA
Jekvy Hendra selaku Direktur Perlindungan Hortikultura menyampaikan upgrading dan perbaikan berkelanjutan pada sistem EWS Sipantara ini sangat diperlukan untuk memastikan bahwa data dukung yang ada pada sistem aplikasi terus terpantau dan sebagai langkah sigap dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang dialami saat ini.
"Sebagaimana informasi BMKG bahwa kondisi El Nino akan berlanjut sampai akhir tahun 2023 dan terus berlanjut sampai awal tahun 2024, meskipun kondisinya ke arah moderat," terang Jekvy.
Untuk mendukung performa dan akurasi data prediksi pada aplikasi ewssipantara.id maka tim IT Ews Sipantara, Darmawan Lahru, Dosen Vokasi UNS akan melakukan normalisasi database dan redesain fitur updating data CH (curah hujan) Prediksi.
Hal ini bertujuan agar data CH Prediksi dari BMKG bisa selaras dengan arsitektur pada aplikasi ewssipantara.id.
"Rencana pengembangan selanjutnya adalah penambahan fitur prediksi hama penyakit berdasarkan curah hujan prediksi. Fitur tersebut memungkinkan untuk peramalan hama yg akan muncul ke depan, berdasarkan data CH prediksi dari BMKG," jelas Darmawan.
Senada dengan hal tersebut, Tim EWS Sipantara dari BMKG, melalui perwakilannya Adi Ripaldi menyampaikan terkait situasi dan kondisi Iklim terkini
IOD positif dan El-Nino skala moderat masih mengganggu iklim di Indonesia hingga saat ini, dampaknya juga sudah dirasakan dan dibuktikan di lapangan.
"Tentu hal ini akan berdampak juga pada sektor pertanian khususnya sektor hortikultura. Kemudian diprediksi juga bahwa IOD dan El Nino bertahan setidaknya sampai dengan akhir tahun 2023, bahkan El-Nino masih bisa lanjut hingga Februari 2024," ungkapnya.