Kemuliaan Seorang Ibu, Lindungi Anak Autis dari Suami
Menurut wanita yang tinggal di Medokan Ayu itu, ia baru sadar suaminya depresi ketika dibawa ke psikiater.
Sang psikiater mendeteksi Donjuan tertekan jiwanya karena memiliki anak autis. Donjuan tak berani protes sehingga rasa depresi itu ia pendam sendiri sampai stres.
”Suami tidak bisa menerima keadaan anak yang autis. Ia malah seperti menyalahkan dirinya sendiri,” kata wanita yang bekerja sebagai pegawai farmasi di rumah sakit pemerintah itu.
Padahal, sang anak selama ini dititipkan ke orangtua di sebelah rumahnya. Sehingga, tidak pernah mengganggu kehidupan Donjuan.
Selama ini dalam proses mediasi, Donjuan tak pernah hadir. Dia memang sedang terapi di rumah sakit.
Melihat kondisi psikisnya dan nasihat dari orangtua dan mediator, Karin tampaknya akan menarik gugatan cerainya.
Ia berpikir lagi karena anak pertamanya juga tidak setuju orangtuanya bercerai.
”Mungkin nanti suami saya pulangkan ke Malang saja untuk pengobatan sampai sembuh. Setelah itu, kita lihat apa kita masih bersama lagi,” ucapnya dengan nada prihatin.