Kenali Trigger Asma, Kontrol Serangannya
Untuk sehari-hari, pengidap asma mesti siap secara mandiri. ’’Tentu obat-obatan. Ada controller yang bisa dipakai setiap hari tanpa merasa ada serangan, sedangkanreleaver digunakan saat sesak mendadak. Bawa ke mana pun,’’ sarannya. Jika hanya menderita asma, tidak ada penyakit paru obstruktif kronis, tidak perlu menyediakan oksigen di rumah.
Bagaimana jika penderita adalah anak-anak? Prof dr Adji Widjaja SpP FCCP menyatakan, bayi pun memang sudah bisa menderita asma. Ciri paling gampang mengenalinya adalah terdengar wheezing atau bunyi ngik-ngik saat anak bernapas.
’’Memastikannya memang harus ke dokter karena harus ada pemeriksaan fisik,’’ imbuhnya. Orang tua yang memiliki anak asma harus punya diary agar lebih mudah menelusuri trigger asma.
Menurut Adji, beberapa bayi alergi terhadap susu sapi maupun susu formula. Namun, sejauh ini tidak ada kasus yang terkait dengan ASI. Asma pada anak sering kambuh karena faktor kebersihan. Karena itu, orang tua dan pengasuh harus memastikan lingkungan anak steril, jauh dari debu dan hewan.
Mengawal pertumbuhan anak pengidap asma juga dibutuhkan ketelatenan. Hal itu termasuk mengajarkan anak berpantang terhadap trigger asma. ’’Kalau anak yang pintar, dia tahu sendiri. Tapi, kadang mereka bisa pengin-penginan. Sejak kecil harus diajari apa yang harus dihindari dan apa yang harus dilakukan ketika asma menyerang,’’ ungkap alumnus FK Universitas Airlangga Surabaya tersebut.
Anak dikenalkan pada obat asma berbentuk spray dan penggunaannya, diajari posisi duduk yang rileks saat asma, dan yang penting diajak berlatih. ’’Jangan karena asma langsung tidak boleh olahraga. Dilihat dulu seberapa kemampuannya. Sebab, exerciseyang cukup akan mengembangkan otot-otot saluran pernapasan,’’ tegasnya.(puz/c5/nda)