Kenapa Premier League Tak Bisa Seperti Bundesliga?
Namun inisiatif ini ditentang oleh sejumlah klub Liga Premier sendiri. Watford, Brighton dan Aston Villa adalah di antara klub yang tidak tertarik dengan ide ini.
"Dengan semua kompromi dan risiko kesehatan ini kami diminta untuk mengakhiri kompetisi yang tidak sama dengan kompetisi ini dimulai. Adilkah ini?," tulis CEO Watford Scott Duxbury dalam The Times, Inggris.
Watford adalah salah satu dari enam klub yang kemungkinan terdegradasi. Walaupun menempati satu level di atas zona degradasi pada peringkat ke-17, Watford memiliki poin sama dengan Bournemouth (18) dan West Ham (16). Dua klub lainnya adalah Aston Villa dan Norwich yang berada di dua terbawah.
Ketentuan Liga Premier mengharuskan tiga klub terbawah dalam klasemen terlempar dari liga elite ini ke divisi dua, Liga Championship, sedangkan Liverpool adalah pemimpin klasemen dengan selisih 25 poin dari peringkat kedua Manchester City.
Secara umum, ada empat kelompok besar yang menginginkan skenario-skenario berbeda mengenai lanjut dan tidaknya Liga Premier.
Kelompok pertama adalah yang menginginkan kompetisi jalan terus apapun caranya.
Salah satu alasannya adalah karena kualifikasi Eropa harus ditentukan di lapangan dan bahwa Liverpool tinggal dua pertandingan lagi untuk memastikan gelar juara liga pertamanya dalam 30 tahun.
Tetapi ternyata yang utama sebenarnya adalah perkara uang karena Liga Premier terancam kehilangan 1 miliar pound (Rp18,5 triliun) jika tidak menyelesaikan kompetisi 2019-2020, selain risiko masing-masing klub kehilangan pendapatan hak siar sebesar 100 juta pound (Rp1,85 miliar) yang dihitung dari setiap pertandingan yang tidak jadi dimainkan.