Kepala BSKDN Imbau Pemkot Gorontalo Berinovasi untuk Menurunkan Angka Stunting
Yusharto bercerita, di Kota Mojokerto untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, masyarakat hanya perlu membawa sampah organik miliknya ke kelurahan.
Sampah tersebut diserahkan ke petugas untuk pakan ulat manggot. Kemudian ulat maggot digunakan untuk pakan ikan yang dibudidayakan di bioflok, dan hasil panen budidaya ikan nantinya diberikan kepada keluarga yang memiliki anak stunting di lingkungan kelurahan tersebut.
"Inovasi ini bisa dibilang melahirkan inovasi lainnya, bukan hanya bermanfaat untuk kesehatan tetapi juga ketahanan pangan, ini tak lepas dari peran OPD-nya yang kreatif dan berani berinovasi," pesan Yusharto.
Yusharto berharap Pemkot Gorontalo dapat terinspirasi untuk menjadikan inovasi sebagai solusi menurunkan angka stunting.
Dia juga berharap peran pemimpin dan OPD di Kota Gorontalo terhadap inovasi khususnya terkait stunting dapat terus ditingkatkan.
"Keinginan untuk terus berprestasi ini mestinya dimiliki Pemkot Gorontalo, inovasi juga tidak harus mahal, tetapi bisa mengatasi kesulitan yang kita hadapi," terangnya.
Sebagai informasi tambahan, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan menunjukkan, prevalensi balita stunting di Gorontalo mencapai 23,8 persen pada 2022.
Provinsi tersebut menempati peringkat ke-17 tertinggi secara nasional.