Ketahuilah, di Nusakambangan Para Napi Terorisme Kerap Berulah
Saat jam keluar sel sekitar pukul 10.00, pintu sel terbuka. Saat itu, napi bisa bercengkrama di area luar sel. ”Nah, saat sore, mereka harus kembali masuk,” paparnya.
Saat itulah, banyak yang iseng dengan menaruh batu atau barang lainnya. Agar pintu sel tidak menutup sempurna. Hasilnya mudah ditebak, engsel pintu sel otomatis rusak.
Saking seringnya kejadian itu, dalam sebulan lebih dari lima kali tukang las harus dipanggil untuk memperbaiki pintu sel tersebut. ”Ini baru kelakuan yang paling kecil yang tentunya punya tujuan,” jelasnya.
Bentrokan antarnapi terorisme juga rawan terjadi di Lapas Pasir Putih. Pasalnya, dalam lapas yang dijaga 21 sipir itu ada tiga kelompok napir terorisme. Yakni, napi terorisme yang membela Islamic State Iraq dan Suriah (ISIS), napi terorisme yang sadar serta membela Indonesia dan napi terorisme yang terbilang abal-abal. ”Dari ketiganya itu ada berbagai drama yang dilakukan,” ujarnya.
Yang paling sering itu soal ibadah. Ada beberapa napi terorisme yang tidak ingin beribadah bersamaan napi lainnya. Bahkan, tidak mau beribadah bersama dengan napi kasus terorisme yang dianggapnya tidak sekelompok.
”Ya, kalau begitu tentunya bisa memicu emosi,” tutur lelaki yang pernah tercatat menjadi Kalapas termuda se-Indonesia pada 2014 lalu.
Kejadian yang bisa membuat emosional seperti itu juga kerap menyasar napi kasus narkotika dan umum. Salah satunya, bila ada upacara bendera siang hari yang menjadi kebiasaan di lapas itu, terpidana terorisme banyak yang berlama-lama di tempat ibadah. ”Itu karena, mereka banyak yang enggak mau ikut upacara bendera,” jelasnya.
Saat itu terjadi, napi yang lainnya tentu merasa tidak suka. Sebab, harus berpanas-panasan upacara, tapi napi kasus terorisme justru tidak ikutan. ”Ya, saat itulah timbul emosi dari napi yang lainnya. Tapi, karena lebih banyak jumlah napi kasus biasa, napi terorisme tidak berbuat banyak,” ungkapnya.